Sabtu, 11 Oktober 2025

01_Janda Labil



Cup…

“Aku duluan yah…”

“Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you!

Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai balasan cintanya.

Aldi mengusap pipi yang baru ditempeli bibir Yuri. Andai saja…andai saja kejadian dua tahun lalu tidak pernah ada. Andai saja jurang kebodohan itu tidak dia terjuni. Yah…lagi-lagi, andai saja.

Namun sekarang nasi sudah menjadi bubur. Walaupun sudah ditambah ayam dan kerupuk masih belum memuaskan rasa laparnya. Kenikmatan itu terasa kurang.

Kenikmatan saat wanita itu…Yuri, masih menjadi istrinya. Istri sahnya.

Aldi menghirup aroma kopi dan menyerumput cairan hitam itu sedikit. Memejamkan mata mencoba mencari kenikmatan yang dulu selalu memenuhi rongga hatinya.

Ada…rasa itu ada. Namun kurang.

Katakanlah dia egois. Masih ingin memiliki lagi mantan istrinya.

Namun apa daya saat rasa trauma wanita yang dicintainya itu terlalu parah. Dan semua karena dirinya. Karena pengkhianatannya. Karena perselingkuhannya.

Rasanya untuk saat ini dia harus cukup puas. Harus. Walaupun selalu berusaha namun Aldi tidak pernah memaksa Yuri untuk menyambung kembali ikatan itu.

Yuri memang sudah memaafkannya. Dan mungkin sudah melupakan kesalahannya.

Kedua insan yang sama-sama masih belum move on, mungkin mencoba menjalin kasih tanpa ada suatu ikatan.

Tanpa ada label status…hanya tahu jika keduanya masih saling mencintai.

Ingin…bahkan sangat ingin jika Yuri kembali memanggil dirinya suamiku. Namun rasa sakit yang berubah perlahan menjadi trauma bagai tembok penghalang  untuk mereka.

Yuri masih mencintainya. Namun tidak mau lagi terikat padanya.

Dan Aldi harus cukup puas dengan hal itu…saat ini.

Meletakkan cangkirnya perlahan dan beranjak berdiri. Kakinya melangkah pelan keluar dari rumah yang dulu ditempatinya. Mengunci pintu dengan kunci cadangan yang masih dia simpan.

Aldi baru saja duduk dibelakang kemudi saat ponselnya berbunyi. Tahu nada khusus itu dari siapa, Aldi langsung menjawabnya.

“Al, aku udah sampai stasiun, cepat kan? Hahaha!”

Aldi tersenyum dan menghela napas pelan. “Kan udah aku bilang jangan ngebut-ngebut..” tertawa saat suara manis diseberang sana membantah dengan manja. Dengan senang hati Aldi mendengarkan alunan suara indah itu sampai selesai.

“Iyah…besok aku aja yang antar ya!…dan Yuri…Aku mencintaimu!

“…”

“Yuri?”

“Ya, makasih.”

Dan sambungan itu terputus. Tersenyum miris. Lagi-lagi seperti ini. Aldi terlalu besar kepala untuk mendapatkan jawaban yang sama.

Biarlah. Biarlah saat ini hanya dia yang menggila karena cinta. Mungkin ini hukuman untuk kebodohannya dimasa lalu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...