Sabtu, 11 Oktober 2025

08

 "Ayolah sayaaaang~"

"Mmhh...nanti yah. Kamu mandi dulu...gih...mm..eengh..."

"Sebentar aja sayang. Udah nahan dari tadi nih. Mana tadi macet lagi." rayu seorang pria yang tangannya sudah menghilang dibalik baju wanitanya. Terlihat lapisan kain dibagian dada si wanita bergerak-gerak pelan.

Untunglah dapur terletak cukup jauh dari kamar putri mereka, jadi pendengarannya tidak akan rusak akibat ulah kedua orang tuanya.

Tidak puas hanya merayu gumpalan lembut wanitannya, pria itu membalik paksa tubuh istrinya. Dengan cepat pria itu langsung menghimpit si wanita diantara meja dan melumat bibir yang dirindukannya itu dengan terburu-buru.

"Mmmhh...Ardi...mmmppphh..."

Ting Tong

"Iya...panggil namaku sayang..." Ardi terus melumat, memaksa memasukkan lidahnya diantara belahan bibir mungil itu.

Tangan Ika ikut meraba dada bidang suaminya yang kemejanya entah sejak kapan sudah tidak terkancing lagi.

"Ooh..." Ika tersentak saat salah satu tungkai kakinya diangkat Ardi dan dikaitkan disiku pria itu. Satu tangannya yang bebas bahkan semakin gencar memberikan remasan menggoda pada sang istri.

Ting Tong

"Sa...sayang...minum tehnya...dulu, nanti dingin ga e...enak..." rayu Ika, dalam usaha menyelamatkan paginya tanpa tubuh yang pegal-pegal.

"Nanti saja..." balas Ardi sedikit serak

Ardi terus menciumi leher jenjang Ika, tangannya perlahan mulai turun meraba perut bagian bawah Ika, semakin turun...turun...dan seringainya tidak dapat ditahan saat telapaknya berhasil menangkup bantalan intim milik istrinya.

"Oohh..." desah Ika tak tertahan saat sang suami memijit pelan lapisan bibir besar bagian bawah miliknya. Dan jangan lupakan tungkainya yang terbuka lebar semakin memberi keleluasaan pada sang suami untuk meng-invasi kewanitaan milik Ika yang sudah dia halalkan beberapa tahun lalu. Ardi tersenyum disela ciumannya dileher Ika saat merasakan 'milik' istrinya berkedut-kedut memanggil belaiannya. Jemari Ardi mulai merayu, meminta izin masuk sebelum suara menyebalkan yang dia kenal semenjak bayi merusak momen indahnya bersama sang istri.

"Buset! Pantes aja pintu ga ada yang bukain!!! Cabut aja itu bel kalo cuma jadi pajangan!" cecar Indi tepat dibelakang Ardi.

Ardi menghela napas malas. Tangannya bergerak menurunkan daster batik Ika yang sudah terangkat sampai keperutnya. Dia membantu istrinya untuk kembali menormalkan tubuh dan juga pikirannya. Dengan malu-malu Ika mengintip dari balik bahu kekar suaminya dan perlahan cengiran tanpa dosa dia layangkan.

"Eh...ada adik ipar" ujarnya basa-basi

Sedangkan Indi hanya memutar bola mata melihat tingkah sepasang suami-istri didepannya. Dalam hati dia membenarkan kata-kata Ika tentang keadaan Ardi, sang kakak.

Sedikit merasa bersalah menggangu aktivitas kakaknya, Indi melengos pergi menuju dapur.

Ardi yang melihat malah mengikuti dia dari belakang. Indi baru saja akan memasukkan kentang goreng kemulutnya yang entah punya siapa, tergeletak manis diatas meja makan saat sebuah jitakan pelan mendarat dikepalanya.

"Aduuuhh!!!" ucapnya mendramatisir

Ardi menatapnya datar seakan tau jika adik manisnya ini mulai bertingkah berlebihan.

"Bocah pengganggu!" tuduh Ardi

Terdengar kekehan Ika disebelahnya. Sungguh disini dialah yang merugi karena manusia dikanan dan kirinya ini telah mengotori matanya. Tapi tidak bisa dipungkiri jika kedua orang ini lah yang paling dia sayangi setelah kedua orang tuanya yang telah tiada.

"Ada apa kau kesini malam-malam. Mau nginap?" tanya Ardi sambil ikut mencomot kentang goreng ditangan Indi.

"Ogah! Aku takut kupingku ikut ternodai suara kalian yang menjijikan itu!" balas Indi cemberut.

Ardi tertawa sambil mengacak-acak rambut Indi gemas. Sesaat Indi terdiam, terpesona pada wajah tampan kakaknya yang sedang tertawa.

Kalo setampan ini, hipersex juga ga masalah kali. Pantes aja Ika ga protes!. Indi membatin

"Trus kalo ga nginep, ngapain kesini ganggu orang?" ucap Ika memutuskan lamunan adik iparnya

"Mau bunuh lu, cucur!"

"Hehehe! Galak amat sih, lagi pendarahan yah?" balas Ika menjurus pada kesensitifan masa haid.

Setelah Indi yakin kentang goreng dipiring sudah habis tidak tersisa, dia menepuk tangannya membersihkan remah-remah sambil berkata. "Gue mau ajak lu nongkrong diluar."

Ika yang sudah lama mengenal sahabatnya langsung menyalakan lampu kuning dikepala. Indi tidak akan mau repot-repot makan diluar jika tidak ada masalah. Ika tidak pernah memaksa Indi cerita apapun mengenai masalahnya sampai Indi sendiri yang memulai. Ika akan selalu bersamanya walaupun hanya menjadi teman ngobrol.

Perlahan Ika melirik kearah suaminya meminta izin. Dengan senyum hangat, Ardi menganggukkan kepalanya pelan.

"Baiklah, tapi bawa kembali istriku dalam keadaan utuh yah." goda Ardi.

Indi tersenyum misterius. "Tentu, Kak. Aku akan mengembalikan hidung hasil operasinya ini." telunjuk Indi tepat berada dihidung mancung Ika.

"Enak aja. Ini asli!" Ika menepis tangan Indi yang mengotori hidung kebanggaannya.

"Ya udah...yuk!" ajak Indi mulai melangkah.

"Sebentar!" tahan Ardi. Kedua wanita itu menatap punggungnya dengan penasaran dan tersipu saat Ardi kembali dengan menenteng dua jaket dan sebuah kunci mobil.

"Pakai mobilku saja. Jangan naik motor, udah malam. Dan ini..." Ardi memakaikan jaket pada Ika dan setelah itu Indi.

"Nanti kalian masuk angin." lanjutnya

Indi tidak bisa menahan luapan keharuannya saat mendapatkan perlakuan manis dari sang kakak super tampan. Dengan brutal dia berlari dan menubruk Ardi. Memeluknya erat. "Sayaaaaaang~ banget sama kakak!" ujarnya manja.

"Eh! Laki gue tuh. Hush hush!" protes Ika mendorong tubuh Indi. Indi mendecak tidak suka. Giliran Ika minta dimanja.

"Peluuuk~" dan Ardi tidak kuasa menolak permintaan sang istri. Terdengar suara pura-pura muntah sebelah mereka. Tanpa melihat Ika tau itu suara siapa.

"Jangan minum es, udah malam. Jangan jelalatan dan jangan pulang lama-lama karena kita akan lanjutkan yang tadi tertunda...oke!" ucap Ardi sebelum mengecup pipi dan bibir istrinya mesra.

Indi yang melihat adegan mesra itu tak kuasa untuk tersenyum.

Manis sekali. Andai saja aku menemukan seseorang yang akan menerima aku apa adanya dan saling cinta seperti kalian, pasti sangat menyenangkan.

Ika membawa mereka berdua kesalah satu restoran mewah di hotel berbintang. Inilah nikmatnya jadi istri pejabat, selalu mendapatkan fasilitas nomor wahid. Posisi Ardi yang menjabat sebagai Kepala Cabang benar-benar dimanfaatkan istri 'sundel' nya ini.

"Abisin aja terus duit Kak Ardi!" tuduh Indi.

Ika menyeringai senang. "Makanya cari laki kaya macam kakak lu. Bahagia lahir batin...HAHAHA!" namun sebelum Indi murka, Ika langsung menjelaskan sambil masih tertawa pelan. "Voucher, Ndi. Voucher! Curigaan amat sih lu!

Ika langsung menyeret Indi yang terbengong persis orang kampung melihat pemandangan kota di malam hari dari balik jendela kaca.

"Indah, Ka!" kagum Indi dan Ika tersenyum.

"Di sini. Tepat dimeja ini, Kak Ardi melamar gue. Romantis kan?!" ucap Ika sambil ikut memandang ke arah jendela. Tanpa sadar Indi mengangguk. Hatinya sedikit tercubit saat menyadari, sampai saat ini saja pria pujaannya sama sekali tidak menganggapnya spesial. Indi tersenyum miris. Kata-kata menyebalkan Reza tadi pagi kembali terulang.

Ika melambaikan tangan kearah pelayan yang langsung berjalan cepat kearah mereka. Ika terus bertanya jawab dengan pelayan perihal menu dan mengambil keputusan untuk menikmati sepotong daging empuk.

"Ndi, lu pesan apa?" tanya Ika tanpa melepaskan matanya dari buku menu.

Baru saja Indi akan memesan makanan saat matanya menangkap sosok seorang pria berbalutkan suit mahal, sedang merangkul mesra dan sesekali berbisik di telinga seorang wanita cantik bagai model. Wanita itu terlihat tertawa mendengar sesuatu yang sepertinya sebuah gurauan yang diberikan pria tampan di sebelahnya.

Yah, pria tampan bernama Reza Artha Maheswara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...