Sabtu, 11 Oktober 2025

32

“Ikaaaaaaa!!!!”

“Buset, tarzan jablay, ga usah teriak-teriak!

Indi memijit keningnya, panik. Iya dia sangat panik saat Nala mengatakan jika teh sialan ini  bisa membuat pria impoten. Bagaimana nasib abang gantengnya ini.

“Ika, lo masih kasih teh cina ga jelas itu ke bang Ardi?”

“Udah lama enggak sih, males gue belinya, jauh! Emang kenapa?”

Dalam hati Indi bersyukur. “Bang Ardi titidnya masih bisa berdiri kan?”

Ika terdiam diseberang sana, shock. Apalah sahabat sekaligus adik iparnya ini pagi-pagi sudah bertanya kabar titid suaminya.

“Eh, manekin IPA, ngapain lo nanya-nanya titid laki gue?”

Indi menghela nafasnya kasar, tidak sabar dia bertanya lagi, “Masih bisa berdiri ga???!”

“Ya masih lah, masih tegak berdiri setegak tugu kujang! Lagian lo ngapain tiba-tiba nanya?

Dan dengan menggebu-gebu Indi menceritakan semua informasi yang dia dapatkan dari Nala lengkap selengkap-lengkapnya dan membuat kakak iparnya menjerit histeris diseberang sana. Bisa dipastikan setelah ini dia akan buang sial mandi air dari 7 sumur.

Setelah misi menyelamatkan masa depan pernikahan abangnya, Indi yang sudah rapi bersiap-siap berangkat ke kantor. Dengan menjemput semangat pagi Indi meraih tasnya dan membuka pintu.

Mata berbalas mata.

Maman menagih jatah sarapannya yang membuat Indi kembali masuk kedalam, menyediakan makanan majikannya.

 

Indi baru saja akan duduk saat Eka mengatakan Indi diminta hadir diruangan Pak Mahendra.

Indi berjalan keruangan Pak Mahendra dengan senyum yang mengembang kemana-mana membuat semua karyawan yang dia lewati terpana. Hati Indi sedang senang karena merasa menjadi pahlawan atas keselamatan titid abangnya.

Indi mengetuk pintu pelan dan masuk setelah mendengar suara Pak Mahendra.

“Permisi, Pak…eh ada Ibu, apa kabar, Bu Ratna.” Sapa Indi sopan.

Kesopanan Indi membuat hati Bu Ratna berbunga. Betapa senangnya jika Indi menjadi menantu. Mereka bisa ngobrol bersama, ke salon, me time cewek-cewek. Dan khayalan Bu Ratna sudah kemana-mana sampai tanpa sadar wanita paruh baya itu menatap Indi sambil senyum-senyum sendiri, membuat Indi salah tingkah.

“Indi sini duduk disebelah Ibu.”

“Baik, Bu.” Segan-segan Indi duduk di sebelah Bu Ratna.

“Sebentar lagi Reza dan Arya akan nyusul kesini, sekalian kenalan sama teman mereka, kebetulan dia lagi main ke kantor.”

“Padahal dulu mereka masih sering keluyuran ga jelas ya,dek! sekarang udah pada jadi bos semua.” lanjut Pak Mahendra, mengenang masa kuliah anak-anaknya.

Indi senyum-senyum membayangkan panggilan mesra Pak Mahendra akan sama dengan panggilan Reza padanya nanti setelah mereka menikah. Melihat Indi tersenyum, Bu Ratna malah salah paham, “Anaknya memang ganteng, Di. Tapi jangan suka ya, udah jadi suami orang. Kamu sama yang lain aja ya, nanti biar Ibu yang jodohin!”

“Oh, enggak kok Bu!” Indi gelagapan saat kedapatan sedang menghayal yang iya-iya.

Indi mendengar suara langkah kaki beberapa orang disetai dengan tawa yang begitu lepas. Seakan hanya ada mereka saja dikantor ini. Seperti anak remaja yang sedang nongkrong di café, tertawa tanpa memikirkan orang lain.

“Itu mereka sudah datang.” Kata Bu Ratna.

Tidak lama suara ketukan pintu terdengar dan tanpa dipersilahkan pintu langsung terbuka dan terlihatlah sosok pria-pria tampan yang terlihat semakin tampan saat tertawa lepas.

Kekasihnya, Reza benar sangat tampan kalau tertawa. Abaikan Arya.

Abangnya juga tak kalah tampan saat tertawa.

Hah! Abang?

“Abang??!!”

“Indi?!”

Reza menatap keduanya dengan mulut menganga lebar. “Kalian saling…kenal?”

Ardi tertawa dan menghampiri Indi, merangkul pundak Indi dengan sayang. “Tentu saja aku kenal. Dari lahir malah. Dia adik tersayang yang suka aku ceritakan padamu, Za!”

Indi melihat Ardi dan Reza bergantian, ternyata mereka berteman. Kini Indi yakin dunia benar-benar hanya selebar daun kangkung.

Sedangkan Reza sendiri malah membeku ditempatnya. Wajahnya sudah pias. Dia masih ingat dengan jelas jika Ardi sangat protektif pada adiknya. Lalu bagaimana ini? Apa Ardi akan merestui hubungannya dengan Indi?

“Astaga, ini benar-benar kabar baik. Jujur tante kaget ternyata kalian bersaudara. Pastas saja yang satu ganteng dan satunya cantik.” Mata Bu Ratna berbinar. Niatnya menjadikan Indi menantu semakin kuat.

“Ya ampun, saya lupa memberi salam.” Ardi melepas rangkulannya dan berjalan mendekati kedua orang tua Reza. Dengan sopan dia mencium tangan suami istri yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri. Pak Mahendra memeluk Ardi ramah sedang Bu Ratna mencium pipi Ardi seperti dia memperlakukan kedua putranya.

“Kamu apa kabar, Di? Lama ga main kerumah lagi.” Ucap Pak Mahendra.

Benar-benar kakak adik yang kompak, nama panggilannya pun sama.

“Sehat Om. Iya maaf, kerjaan lagi sibuk-sibuknya.”

“Ya udah yuk duduk.” Pak Mahendra menekan tombol interkom untuk meminta sekretarisnya membawakan minuman.

Ardi mengambil tempat duduk disebelah Indi. Sedangkan Reza dan Arya duduk diseberang mereka bersama Pak Mahendra.

“Padahal tadi niat tante mau ngenalin kalian berdua, lho!” Bu Ratna masih merasa situasi ini cukup lucu. Yang mau dikenalkan malah sudah kenal dari lahir.

“Indi ga nakal kan Om di Kantor?” Ardi terkekeh saat Indi menyikut pinggangnya.

“Dia salah satu pegawai terbaik, Om kok, Di. Saat ini dia dibawah tanggung jawab Reza, ya kan, Nak?”

“Eh, apa, Yah?” Reza tersentak.

“Lagi ngelamun jorok, ya?” Arya tertawa mendengar candaan Ardi.

“Sembarangan, siapa yang ngelamun!” suara Reza agak keras dan membuat semua orang yang ada disana kaget. Tidak biasanya Reza marah jika digoda seperti itu. Indi juga kaget dengan reaksi Reza.

Reza sadar dia sudah berlebihan dan akhirnya pura-pura memainkan ponselnya. Karena gugup dia jadi sedikit sensitif.

Untuknya suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka dari Reza yang tiba-tiba marah.

“Permisi, saya mau mengantarkan the buat tamu.”

Suara lembut itu langsung membuat Arya bersemangat dan menatap kearah pintu. Sudut bibirnya membentuk senyuman. Mia berjalan sopan mendekati meja, berlutut dan meletakkan cangkir satu-persatu dengan hati-hati.

“Kebetulan yang sangat membahagiakan terjadi hari ini, jujur tante senang sekali…”

Bu Ratna terdiam sebentar menambah sisi dramati sebelum melanjutkan, “Sebenarnya tante sangat menyukai Indi. Anaknya cantik, lembut, baik dan pintar.”

“Ah tante Ratna bisa aja, Indi galak lho, Tan!” dan Ardi mendapat hadiah pelototan dari adiknya, yang malah terlihat imut dimata Ardi.

“Hahaha, baguslah kalau galak. Jadi bisa gantiin tante marahin anak tante kalau nakal.”

Kening Reza berkerut.

Pak Mahendra memejamkan mata.

Ardi curiga.

Dan Indi, lemot. Gadis itu malah minum teh yang baru diletakkan didepannya.

Ardi hanya diam menunggu kelanjutan dari maksud perkataan Bu Ratna.

“Jadi Ardi, ini juga kalau kamu setuju…Tante punya niat untuk menjodohkan Indi dengan anak tante.”

Reza mendongak, tanpa sadar senyuman terbit disudut bibirnya.

“Dengan Arya.”

Dan satu kalimat berikutnya menghancurkan perasaan Reza. Dia menatap ibunya tidak percaya. Ingin sekali dia membantah dan menolak keputusan ibunya, berkata dengan lantang jika dia dan Indi sudah berpacaran. Dia dan Indi saling mencintai. Namun keberadaan Ardi menahan suaranya keluar.

Indi hanya diam, masih belum mampu menyerap semua informasi yang barusan dia terima. Sedang Arya tidak sanggup memandang kearah Mia yang hempir menumpahkan tehnya. Untung saja pengendalian diri gadis itu cukup kuat. Dengan terburu-buru Mia pamit keluar.

Niat baik Bu Ratna hari ini tanpa dia sadari meretakkan empat hati sekaligus. Dan butuh satu jawaban dari seseorang untuk menentukan apakah kehancuran atau kebahagiaan yang akan hadir. Satu jawaban…dari Ardi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...