Sabtu, 11 Oktober 2025

03_MHB



Haruskah dia memutar jalan?

Tapi ini kan jalan umum, kenapa harus dia yang mengalah.

Dash benar-benar ingin segera pulang karena fisik dan batinnya sudah sangat lelah. Yah, lelah karena menerima ledekan dari segala penjuru. Dan lagi-lagi karena nama sialan yang diberikan kedua orangtuanya. Untung sayang, kalo tidak sudah jadi dendeng si Pak Tomi dan Bu Kirana itu.

Dash menghela nafasnya malas dan mulai berjalan mendekati kerumunan murid-murid populer. Apa tidak ada tempat lain buat mereka kumpul-kumpul, kenapa pula harus diparkiran motor. Dan sialnya si pangeran duduk tepat diatas motornya.

“Ehm, permisi, Kak. Saya mau pulang.”

Semua kepala langsung menoleh kearah sumber suara.

“Eehh….siapa iniiii?! Kayak kenal…si akhir tahun ya? Hahaha!”, satu murid perempuan mengenali Dash.

“Akhir tahun?” suara merdu si pangeran sekolah membuat kuping Dash meleleh. Oh, dia sangat suka cowok tampan dan ganteng. Hitung-hitung cara mensyukuri ciptaan Tuhan.

“Hehehe…namanya bikin pengen beli terompet tahun baru!” sambung murid laki-laki disebelah si pangeran.

Dash hanya bisa mengumpat dalam hati. Sepertinya ledekan namanya akan terus berlanjut sampai…, Dash melihat jamnya namun gerakannya malah disalahartikan oleh kumpulan anak-anak populer itu.

“Heh! Sopan lo sama senior!” seorang murid lain menepis tangan Dash.

Dash memejamkan matanya dan menghitung mulai dari satu. “Saya cuma mau pulang, Kak. Dan…” Dash mengarahkan telapak tangannya kearah motor. “Kakak senior sedang duduk diatasnya.”

Si pangeran terlihat kaget dan langsung berdiri. “Oh, maaf ini motormu yah? Sorry…sorry!”

Dash menganggukan kepala sekilas sebagai bentuk terima kasih. Tangannya baru akan memasukkan kunci saat kunci itu dirampas dari tangannya.

“Kak!” Dash benar-benar kesal sekarang.

“Kenapa?” murid perempuan yang tadi menepis tangannya memainkan kunci motor Dash dengan cara diputar-putar diatas kepala. “Heh! Cewek mendung…ambil sendiri gih!”

Dash memandang si pangeran sekilas yang sepertinya menikmati pertunjukan ini. Apa daritadi laki-laki itu hanya berpura-pura baik padahal otaknya sama jahat dengan teman-temannya.

“Kak, tolong balikin, saya cuma mau pulang.”

“Lo budeg apa kuping lo kemasukan air hujan? Kan tadi gue suruh lo ambil sendiri!” kali ini kunci motor Dash dilempar tangkap kesana kemari dan Dash bersumpah melihat seringai disudut bibir pangeran itu.

“Huh!” Dash menghembuskan nafasnya dengan sekali buang. Salahkan mereka yang memancing kekesalan Dash. Tinju Dash baru akan terbentuk saat sebuah suara memanggil namanya.

“Dash!”

Dash menoleh kebelakang dan melihat Okta berjalan mendekat dengan menenteng helm full face-nya. “Motor lo mana? Gue nebeng…lho! Rame-rame apa neh?”

Okta yang sebenarnya sadar apa yang terjadi memilih untuk berpura-pura tidak tahu. Ya kali mereka mau bully adiknya.

“Kak Okta?” bisa-bisanya Dash lupa kalau dia satu sekolah dengan kakak keduanya ini.

“Eh, lo anak baru tadi kan?” seorang murid perempuan berlari kecil mendekat kearah Okta dan langsung menggandeng tangannya.

“Eh, lo ganteng banget sih. Ga kalah sama pangeran sekolah kita. Lo mau jadi pacar gue, ga?

Dash memutar bola matanya. Tadi aja galaknya macam nenek lampir, sekarang sok menye-menye. Dasar cewek pick me.

Okta berusaha melepas rangkulan gadis itu ditangannya namun erat sekali seperti ditempel lem pipa. “Gue ga minat! Udah sana!”

“Ih! Dingin banget sih, kayak namanya…Oktober, lucu banget!”

Dash ingin muntah saja sekarang. Giliran namanya dibilang mendung, sedangkan nama kakaknya dibilang lucu. Apa kabar kakak pertamanya yang mukanya mirip member boyband kpop. Benar-benar tidak adil.

Okta mengabaikan gadis yang dimata Dash seperti monyet gelantungan ditangan kakaknya. “Yuk pulang!”

“Lho, kalian…”

“Dia adek gue, masalah?” Okta menantang si pangeran tepat dimatanya.

Pangeran sekolah melemparkan senyum termanisnya kearah Dash dan mengangkat tangannya menyerah kearah Okta, kemudian berjalan mundur menjaga jarak aman. Entah kenapa dua saudara ini membuatnya tertarik. Tanpa menunggu Dash langsung naik keboncengan setelah Okta menyalakan mesin motornya. Sekali lagi dia melirik kearah pangeran sekolah yang terus melemparkan senyum padanya. Apa tidak pegal pipi siganteng itu senyum terus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...