Plak!
“Tangan lo,
masih banyak tamu disini!”
“Ganggu aja sih!" Reza menarik tangannya.
“Gue batalin nih
restu!” Ardi menunjuk Reza dengan gulungan kertas yang tadi dia pakai untuk
memukul tangan Reza yang gerilya di pinggang Indi.
“Iyaaaa…..”
selalu saja pakai ancaman ini. Reza benar-benar tidak berkutik.
Indi
mengusap-usap tangan Reza menyabarkan tunangannya itu.
Ya, tunangan.
Tepatnya hari ini Reza dan Indi resmi bertunangan.
Begitu mendengar
dari Reza jika Ardi sudah memberi restu, Bu Ratna tidak mau menunggu lama lagi
untuk mengikat Indi menjadi menantunya. Dengan cepat dia langsung menyusun
acara pertunangan sebelum Ardi berubah pikiran.
Seluruh undangan
sudah memenuhi rumah Pak Mahendra yang ternyata sangat luas. Ada keluarga
dekat, kolega bisnis sampai orang-orang kantor yang sangat kaget mendengar
kabar pertunangan ini. Mirna bahkan hadir juga. Dan saat ini gadis itu sedang
ngobrol dengan asisten robotnya.
Indi melirik
kearah samping dan mendapati jika Mia juga diundang. Arya tidak pernah jauh
dari sisinya seakan ingin memberi tahu semua orang jika gadis manis itu adalah
miliknya. Sepertinya bukan hanya kapal dia dan Reza saja yang berlabuh.
“Pake pelet apa
lo?”
Hidung Indi
menyerngit saat mencium bau parfum yang membuat kepalanya pusing. Katanya
parfum mahal pakai bahan dari kemenyan. Ini sih pakai kemenyan seakar-akarnya
buat mandi.
“Eh, ada Sisca.”
Indi menyibakkan rambutnya dan sengaja menggoyangkan jarinya yang terpasang
cincin tunangan.
Sisca memadang
tidak suka pada cincin Indi, “Huh, munafik ya, sok-sokan ga suka ternyata main
belakang.”
“Ngapain gue
main belakang. Gue bisa main dari depan, atas, bawah sama Reza. Jadi lo ga usah
khawatir.” Balas Indi sinis.
Sisca berdecih,
“Dari awal gue tau lo itu palsu. Pura-pura jaim tapi murahan. Dan sekarang
terbukti kan, lo berhasil gaet ikan besar. Cari jalan pintas ya?”
Ini menjilat
bibirnya, lama-lama panas juga kupingnya.
“Sorry ya
seingat gue yang paslu itu tete lo, dan berhubung gue lagi baik gue saranin lo
mundur dari posisi sekeretaris! Gue ga mau tunangan gue yang ganteng itu
dikerubutin lalet ijo kayak lo!”
“Sial…”
“Yang..” suara
Reza memotong makian Sisca.
“Eh ayang, udah
ngobrol sama Om Joko?” Indi sangat sengaja sekali sok akrab dengan keluarga
Reza buat memanasi Sisca. Senang banget lihat wajah palsu itu memerah.
“Udah, eh…ada
Sisca juga.”
“Pak, Selamat
ya, Bapak ga nyesel nih tunangan, ga bebas lagi lho.” Sisca memancing,
bergoyang-goyang seperti boneka angin didepan toko cat.
“Ya enggak dong,
kan cinta. Malah pengen cepat-cepat nikah.”
Indi menyeringai
dibelakang Reza, membuat Sisca makin panas.
“Oh iya, Yang.
Tadi Sisca katanya mau pindah ke divisi lain. Capek katanya jadi sekretaris, ya
kan, Sis?”
“Eh, siap..”
Indi membuat
gerakan menggorok lehernya tanda mengancam Sisca jika menolak.
“Oh, ya boleh
aja, lagian Indi maunya sekretarisku cowok.”
“I..iya Pak. Saya
mau coba bagian marketing aja.”
“Bagus, jadi
pengalamanmu kan bisa berkembang.” Indi bertepuk tangan pelan.
Reza mencium
pipi Indi, “Aku kesana dulu ya.” Indi mengangguk manja.
Begitu Reza
menghilang dari hadapan mereka, Sisca menarik tangan Indi kasar. “Udah mulai
sok berkuasa lo ya?”
“Lho jelas dong,
itulah untungnya jadi tunangan bos, harus gue manfaatin dong buat basmi lalat
ijo kayak lo, dan mulai sekarang…” Indi menyentak tangan Sisca kasar.
“…hati-hati
kalau bicara sama gue, kalo lo masih mau kerja di perusahaan calon mertua gue,
ngerti!”
Indi menabrak
bahu Sisca keras saat melewatinya.
Dan acara
pertunangan pun berakhir dengan lancar dan selamat sentosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar