Jumat, 17 Oktober 2025

24_Love



Dia yang hanya menggunakan instingnya, menebak kemana Hana pergi setelah sampai ke Jakarta tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Bahkan tanpa dia sadari matanya sudah berkaca-kaca. Pencarian selama hampir lima tahun. Rencana-rencana yang disusun jika bertemu. Bahkan sapaan jika bertatap muka semua itu seolah menguap entah kemana karena perasaan senang sekaligus gugup yang Aryo rasakan saat ini. Saat matanya menangkap sosok indah yang berdiri mematung di depan rumah lama neneknya. Rumah yang sering Aryo lewati saat rasa rindu menyiksa batin.

“Hana…”

Aryo mensyukuri keputusannya untuk turun dari mobil dan masuk kedalam gang. Walaupun saat ini dia masih bersembunyi dibalik pohon karena belum berani menemui Hana secara langsung.

Aryo tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum lebar. Hilang sudah sosoknya sebagai seorang pemimpin perusahaan saat ini. Mengintip dari balik pohon sambil senyum-senyum tidak jelas seperti orang mesum.

“Astaga!” Aryo gelagapan saat melihat Hana berbalik dan berjalan kearahnya. Pria itu semakin menempelkan tubuhnya ke pohon agar tidak terlihat. Sepertinya Aryo berbakat menjadi ninja. Dan mendesah lega saat Hana melintas tanpa menyadari keberadaannya.

Hana berjalan seperti melamun tanpa menyadari jika ada seorang pria tampan yang sedang mengekorinya dari belakang. Untungnya Hana sedang tidak fokus dan tidak menyadari Aryo yang mengikutinya sambil masih memasang senyuman aneh.

Saat Hana berhenti tiba-tiba, Aryo kembali panik dan menyembunyikan dirinya dibalik kandang ayam.

“Ugh! Baunya!”

Aryo menutup hidung karena kandang ini bau sekali tanpa memikirkan perasaan si ayam yang sepertinya mulai tersinggung. Alhasil ayam-ayam itu mengibas-ibaskan sayapnya dan membuat Aryo semakin kebauan. Syukurnya Hana masih tidak sadar dengan kehebohan dibelakangnya. Ternyata wanita itu berhenti karena mau menelpon. Sayup-sayup Aryo bisa mendengar suara Hana.

“Bi, titip Yuri bentar ya, aku mau ke supermarket…”

Aryo melihat Hana terdiam sambil menengadahkan wajahnya keatas dan menghalangi sinar matahari dengan tangan. Ingin Aryo berdiri disamping Hana dan menjadi payung untuk wanita itu.

“belum…nanti aku coba lagi…iya.” dan Hana menutup panggilannya.

Melihat Hana kembali berjalan, Aryo mengikuti, terus mengikuti tanpa suara sampai melihat Hana masuk ke supermarket berlogo singa. Aryo menggeram saat melihat beberapa pria menatap Hana tanpa berkedip. Aura Hana memang sangat terpancar. Walaupun berpakaian sederhana, kecantikan wanita itu tidak bisa ditutupi.

“Mata lo jaga! Bini gue itu!” cecar Aryo saat melintasi kumpulan pria itu.

“Maap, Bang…maap! Kita ga tau!” balas pria-pria itu menciut. Dan Aryo mengabaikannya sambil berjalan cepat menyusul Hana yang sudah hilang dibalik pintu supermarket.

Aryo masuk kedalam supermarket dan matanya mulai mencari-cari keberadaan Hana. Suasana yang cukup ramai lumayan merepotkan Aryo, bagaimanapun dia harus bisa mendapati Hana tanpa ketahuan jika sedang menguntit. Aryo terus berjalan pelan sambil fokus mencari di balik-balik rak tanpa sadar membuat beberapa perempuan curi-curi pandang kearahnya.

Bagian susu, ga ada.

Bagian cemilan, ga ada.

Bagian buah...

Aryo langsung mundur menyembunyikan diri saat menemukan sosok Hana berdiri dekat dengannya. Untung tidak sampai ketahuan. Pelan-pelan Aryo mengintip dari balik rak. Dari tempatnya dia bisa melihat Hana sedang melihat-lihat buah.

‘kalau pura-pura pilih buah, terus ga sengaja pegangan tangan seperti di film-film?’ Aryo menggelengkan kepalanya mengusir skenario yang dia rancang. Bagaimana kalau buah yang dipilih beda, kan jadi awkward.

Aryo menghela nafas berulang kali dan memantapkan niatnya. Setelah mengambil keputusan, dia berjalan memutari rak yang berlawanan arah dengan Hana. Dari jauh dia bisa melihat Hana sedang memilih buah jeruk.

Aryo melemaskan tangan dan bahunya seperti orang yang sedang pemanasan. Menghilangkan rasa gugup dan dengan penuh tekad mengambil langkah pertama sebelum,

Brug!

“Aaggh!” lutut Aryo menghantam troli seorang kakek-kakek.

“Aduuuh…dek maap, bapak ndak lihat tadi. Maap dek!”

Aryo berlutut menahan sakit nyut-nyutan tingkat tinggi yang dia rasakan sekarang. Orang-orang disekitarnya sudah heboh sedangkan Aryo hanya melambaikan tangannya mengatakan ‘aku baik-baik saja’ tanpa suara. Bagaimana mau ngomong, bilang pisang saja tidak tidak sanggup karena ini sakit sekali.

“Kak…Aryo?”

Aryo mendongak. Dan dua pasang mata itu pun bertemu. Dalam kondisi yang sangat memalukan untuk Aryo. Pria itu ingin mengubur dirinya diantara tumpukan bawang merah yang ada persis dirak sebelah. Kenapa pula Hana melihatnya dengan posisi memalukan seperti ini. Aryo mau menangis saja rasanya.

“Ha..Hana.”

Hana bergegas membantu Aryo berdiri. Membantu memapah tubuh Aryo kembali tegak. Dan jangan tanya Aryo sekarang. Dia bahkan ingin mencium kakek-kakek yang sudah menghantamkan lututnya dengan troli jika hadiahnya seperti ini. Hana memeluknya.

‘Oh, indahnya dunia.’

Namun seperti tersadar, Hana tiba-tiba menjauhkan diri dan memberi jarak. Dan kernyitan tidak suka muncul dikening Aryo karena Hana menyudahi interaksi skin to skin mereka. Sedangkan Hana yang melihat ekspresi Aryo mengira jika pria itu tidak suka dengan kehadiran Hana dan risih karena berdekatan dengannya.

“Kalau Kak Aryo tidak apa-apa, saya pamit dulu.” Hana segera membalik tubuhnya namun reaksi tangan Aryo lebih cepat. Pria itu menahan pergelangan tangan Hana mencegah wanita itu kabur. Hana yang terlalu kaget menatap tangan Aryo dipergelangannya dan perlahan naik ke wajah pria itu.

“Kak…”

“Hai!” Aryo ingin menggigit lidahnya karena cuma tiga huruf itu yang mampu dia ucapkan. Dasar culun.

“Apa kabar, Hana? Lama ga jumpa?”, Aryo ingin memukul kepalanya sendiri. Kenapa pula suaranya bergetar. Semoga Hana tidak menyadarinya.

Hana yang ditatap intens oleh Aryo hanya menunduk. Keningnya sudah berkeringat dan jantungnya berdetak cepat. Ternyata bertemu langsung dengan pria itu sama tidak nyamannya seperti saat ingatan masa lalunya melintas. Walau masih bisa ditahan, rasa sesak didada Hana tetap terasa.

“Baik.”

Hanya itu yang mampu Hana katakan. Aryo ingin kembali bertanya namun betapa kagetnya dia saat melihat wajah Hana memutih dengan cepat. “Hana, kamu sakit?!”

Belum sempat menjawab, tubuh wanita itu sudah terhuyung dan jatuh pingsan. Kebetulan ini terlalu berlebihan untuk Hana. Dia bahkan masih belum bisa mendekati rumah neneknya tadi, sekarang malah harus bertemu langsung bahkan bersentuhan dengan pria dari masa lalunya.

Dengan cepat Aryo langsung menahan tubuh Hana agar tidak ambruk ke lantai. Tanpa ragu Aryo menggendong tubuh Hana yang ringan. Saat sekuriti supermarket menahan Aryo hanya menjawab,

“Dia istri saya.” Dengan cepat Aryo menggendong dan membawa Hana ke arah mobilnya di parkir. Walau cukup jauh dan menarik perhatian orang sekitar, Aryo tidak perduli. Saat ini yang dia fikirkan hanya keadaaan Hana saja. Begitu sampai, dengan lembut Aryo meletakkan tubuh Hana dikursi depan, menurunkan sedikit sandaran dan memasangkan seatbelt. Memutari depan mobil, Aryo masuk dan duduk. Dilihatnya wajah pucat Hana yang sudah berkeringat dengan sendu. Aryo mengambil tisu di dashboard mobil dan mengelap keringat Hana dengan hati-hati. Setelah itu dia menghidupkan mobil, dan membawa Hana ke rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...