“Ibu apa-apaan sih! Ngapain sampai punya niat jodohin aku sama Indi!” Arya benar-benar kesal dengan keputusan ibunya hari ini, namun dia tetap menahan suaranya dan tidak ingin menyakiti hati ibunya.
“Lho bukannya
bagus, Indi anak yang baik kan? Kamu ga akan nyesal nikah sama dia, Ar. Ibu
jamin itu.”
Arya menyugar
rambutnya, masih kuat ingatannya wajah Mia tadi siang. “Tapi ga gini bu
caranya…” mata Arya mulai berair.
Reza yang tadi
masih ditenangkan ayahnya menerobos masuk ke kamar Arya, yang masih berusaha
membujuk ibunya.
“Bu, aku mohon
hentikan perjodohan Arya.”
“Kalian ga
ngerti niat baik Ibu, dan kamu Reza tidak perlu ikut membela adikmu, dia…”
“Aku mencintai
Indi, Bu!”
Mata Bu Ratna
membola. Reza mencintai Indi, benarkah?
“Za, kamu…”
“Kan udah
kubilang ini bukan ide yang tepat, Bu…” Arya masih memelas disebelah Ibunya.
Bu Ratna
terdiam. Tidak menyangka jika putra tertuanya mencintai gadis yang mau
dijodohkan untuk adiknya. Dia menatap mata Reza dalam. Mendapati jika mata
putranya sudah memerah dan berkaca-kaca. Dia yakin, sangat yakin jika Reza kali
ini serius akan perasaannya.
“Lalu…Nala? Kamu
tidak mencintainya?”
Reza menggeleng
pelan dan menunduk, “Aku hanya menyayanginya…layaknya adik.”
Bu Ratna
perlahan terduduk di atas kasur Arya. Matanya memandang Reza tak percaya,
“Kenapa kamu…tidak menolak waktu Ibu jodohkan dulu? Kamu membuat Ibu merasa
seperti Ibu yang jahat, Za!” Bu Ratna menggelengkan kepalanya pelan. “Kamu
membuat Ibu merasa…” Bu Ratna perlahan berdiri dan berjalan pelan keluar kamar
Arya.
“Bu…”
“Nanti,
Za…nanti. Ibu mau sendiri dulu..”
Didalam kamar Bu
Ratna hanya duduk terdiam di depan meja riasnya. Bahkan saat pintu kamar
terbuka dan Pak Mahendra masuk pun, wanita itu tidak melepaskan pandangan dari
kotak cincin yang sedari tadi dia pegang.
Pak Mahendra
tidak tega melihat wajah istrinya yang terlihat mendung dan suram. Padahal tadi
siang mood istrinya ini sangatlah baik. Bersemangat untuk menyampaikan niatnya
menjodohkan Indi dengan Arya, apalagi setelah tahu jika Indi adalah adik dari
Ardi yang sudah dia anggap anaknya sendiri.
Pak Mahendra
mendekati istrinya dan berlutut memegang lutut istrinya dari samping. “Dek,
kamu kenapa?” walaupun Pak Mahendra tahu jawabannya tapi dia yakin jika
istrinya ingin mencurahkan kegelisahannya.
“Aku salah ya,
Mas? Aku bahkan mengabaikan perasaan anakku sendiri…aku merasa jadi Ibu yang
jahat, Mas, sama anak sendiri.” setitik air mata jatuh dipipi wanita paruh baya
itu.
“Kamu hanya
tidak tau, Dek, bukan jahat. Salahkan anak-anakmu sendiri yang sok-sokan pake
rahasia segala. Kalau dari awal Reza menolak dan mengatakan siapa yang dia
cintai kan masalah ga akan panjang seperti ini!” perkataan Pak Mahendra membuat
Bu Ratna sedikit tersenyum walaupun air mata masih mengalir.
Bu Ratna
memegang tangan suaminya yang ada dilututnya, mengusapnya pelan, “Aku merasa
hanya Nala yang mengerti sifat anakmu yang playboy akut itu, sama kayak
bapaknya…”
Pak Mahendra
terkekeh pelan mengingat masa liarnya dulu yang sialnya masih diingat jelas
oleh Ratna. Memang wanita itu jagonya dalam hal sejarah. “Itukan dulu!”
“Sebenarnya aku
tau anak-anak itu cintanya sama siapa…”
“Dan Mas ga
pernah cerita apa-apa ke aku?!” Potong Bu Ratna.
“Bukan gitu,
bukan ga mau cerita tapi kamu tuh orangnya heboh bener. Saat ini Reza dan Indi
baru memulai hubungan mereka dan sepertinya anak nakalnya itu udah tobat
permanen karena Indi.”
“Serius, Mas?”
“Iya, serius.
Sebenarnya yang lebih drama sih Arya…kamu tanya sendiri ajalah sama anaknya.”
Pak Mahendra menghindar cari aman.
“Lalu Nala
gimana ya, Mas? Aku jadi ga enak sama orang tuanya.” Bu Ratna seakan baru
mengingat gadis kiyowo pembawa masalah itu.
“Mereka sih
tergantung anak, Dek. Kalau Nala bilang ga jadi yah…mereka ikut aja. Pencinta
alam seperti mereka yang bolak balik turun naik gunung mana mau punya pikiran
ribet.”
Bu Ratna
langsung mengingat pasutri ajaib itu dan mengangguk paham. “Nanti aku coba
hubungi Nala dan orang tuanya deh, biar semuanya selesai. Kasihan juga anakmu
itu jadi lajang tua…calon anaknya udah dibuang kemana-mana!”
Pak Mahendra
langsung menutup mulut istrinya yang tiba-tiba ngomong sembarangan, “Dek! Sejak
kapan kamu ngomong sembarangan kayak gitu, ga cocok!”
Bu Ratna melepas
bekapan Pak Mahendra, “Dari kamu lah, ahlinya!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar