Sabtu, 11 Oktober 2025

22

Indi memainkan air embun diluar gelas sodanya. Menunggu penjelasan masuk akal Reza yang entah akan dia percaya atau tidak. Namun apapun itu jujur, rasa cintanya yang hampir menuju ke buta ingin sekali memaafkan apapun salah pria yang dia cintai ini. Tapi jika Reza tidak memilihnya buat apa memaksa, kan?

Atau memaksa Reza memilihnya. Seringai tipis pun terbit dibibirnya.

“Indi, besok balik ke kantor ya?” bujuk Reza.

Ini sudah pertanyaan kesekian yang dilontarkan Reza, namun Indi masih tetap diam.

“…Di..”

“Trus gimana direksi lain? Apa mereka mau menerima lagi seorang ‘maling’ sepertiku?

Reza yang akhirnya mendapat respon Indi menghela lega. Akhirnya.

“Makanya besok ke Kantor ya, Aku akan langsung mengaku dan menjelaskan semua ke Tante Nia dan Om Joko. Kamu datang siangan juga ga apa-apa kok. Santai aja, ya!”

“…dan…”

“Masalah pacar si Simba itu, gimana?”

“i…”

“Kamu mau jadi singa? Punya harem? Istri pertama namanya Nala trus cari lagi istri lain?

“Di…”

“Sorry ya aku ga mau daftar jadi anggota harem kamu, mending aku nikah sama si Maman!” Indi terus memotong perkataan Reza.

“Eh, apaan, kenapa sama si Mamat?! Lagian siapa itu si Mamat?!” Reza langsung melupakan semua penjelasan yang sudah dia susun dari rumah tadi.

“Maman!

“Terserah!” jujur Reza kesal plus cemburu. Udah daritadi dicuekin sekarang bawa-bawa nama cowok lain pula.

“Idih dia boleh masa aku enggak…” Indi ikutan kesal kan jadinya.

Reza menghela nafas lelah. Kalau ikutin emosi, masalahnya dengan Indi tidak akan beres-beres. Hubungan mereka sudah macam dispenser saja, panas…dingin…panas…dingin.

“Please, Ndi...tolong dengerin penjelasanku dulu, tolong jangan masukkan Maman atau orang lain ke dalam hubungan kita saat ini, ya? Aku akan jelaskan semua tentang Nala. Dan aku yakin kamu akan ngerti, ya?” kali ini Reza memelas, menekan egonya. Saat ini dia akan mengalah tapi tidak nanti, apalagi saat di ranjang.

Benar kata Reza, kalau terus begini masalah tidak akan selesai. “Maman itu cowok ganteng tapi galak…”

Mata Reza melotot. “A…”

“Kamu udah ketemu dia kok, tadi depan pintu aku. Udah belai-belai dia juga.”

“Hah..”

Krik…krik.

“Jangan bilang kucing jelek tadi, yang mukanya mirip bapak-bapak.”

Indi mengangguk sambil melipat bibirnya karena Reza juga melihat sosok bapak-bapak di diri Maman.

“Astaga, Indi…” Reza mengusap wajahnya dan menyisir kasar rambutnya keatas dengan tangan. Indi benar-benar pintar mengaduk-aduk emosinya. Dengan lemas dia menyandarkan tubuhnya dikursi, mendesah lega.

“Kita ngobrol diatas aja yuk, aku ga nyaman lama-lama di sini, Di…” Reza membujuk lagi dan melempar sinyal ke Indi agar gadis itu melihat kearah kiri. Lagi-lagi Indi melipat bibirnya yang hampir gagal saat mendapati mas-mas kumis tipis mencuri tatapan penuh janji nikmat dunia menurut versinya kearah Reza.

“Ya udah ayo, tapi jangan macam-macam ya, banyak stok kecoa di atas, ada yg warna putih juga lho!”. Dilema antara kecoa dan mas kumis tipis, siapa yang akan Reza pilih.

Dan Reza memilih kecoa putih. Syukurlah wujudnya belum muncul. Semoga Indi hanya berbohong.

“Nih, minum cuma ada teh, suka kan?” yah jika kalian menebak ini adalah si ‘teh’ itu jawabannya adalah benar 100%, walau tingkat kepekatannya sedikit. Jaga-jaga perlu, kan? Apalagi yang masuk ke rumahnya adalah T-Rex berbulu domba.

“Makasih.” Reza meneguk sedikit.

“Indi, Aku udah boleh mulai jelasin?” dan kata ‘Hm’ terdengar dari mulut Indi.

Reza menarik nafasnya dalam sebelum memulai, berharap tidak ada kesalah pahaman dalam penjelasannya yang membuat hubungannya dengan Indi rusak lagi.

“Nala itu, teman kecil Aku, anaknya sahabat Ibu, udah sering dibawa kerumah pas lagi ada arisan atau apalah Aku juga ga ngerti. Jujur, kami dekat dan ternyata Ibu menangkap hal yang salah antara Aku dan Nala. Sepertinya Ibu mengira Aku suka dia dan kami ditunangkan…”

Indi menghela nafas, tidak sadar jika dari tadi dia menahannya. “Kamu setuju?”

Reza mengangguk pelan, “Saat itu aku cuma berfikir, yah udah kenal ini tidak apa-apalah. Lagian selama ini dia juga ga pernah ngurusin hubunganku dengan yang lain…” Reza hati-hati melirik Indi, menilai responnya saat mengucap kata ‘yang lain’, namun Indi terlihat biasa saja.

Kali ini Reza menatap Indi dalam dan melanjutkan, “dan…sebelum Aku ketemu kamu, Indi.” Reza menatap lembut Indi, tersenyum tanpa sadar. “Kepala Bagian Keuangan yang cantik tapi jutek banget…” Reza terkekeh pelan. “Aku langsung jatuh cinta dan ingin memilikinya. Memilikimu, Indi.”

Indi ikut tersenyum sedikit. Ingat sedikit, kan dia ceritanya masih ngambek. “Lalu sekarang…dimana pacar si Simba itu?”

Reza tersenyum geli mendengar julukan Indi ke Nala, “China, lagi bisnis disana. Ga tau kapan balik, aku juga ga pernah cari tau.”

“Keren juga…bisnis apa?”

“Produk Teh atau Kopi, aku juga lupa.”

Kok firasat Indi ga enak ya,

‘Teh?’

’China?’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...