Tak terasa sebulan telah berlalu. Hari yang dinantikan telah tiba.
Sejak pagi Indi
sudah berada di gedung tempat resepsi pernikahan putra pertama Pak Joko dilangsungkan.
MUA telah disediakan oleh pemilik acara dan Indi sangat puas dengan hasil make
up yang menghiasi wajahnya. Jadi agak mirip-mirip Nayeon-nya Twice. Indi
terkekeh sendiri akan kenarsisannya.
“Udah gila lo
ketawa sendiri, tuh dekat sini ada RSJ.” Sisca sudah nongol bagai kuntilanak
merah disebelahnya.
“Lo mau jadi
penerima tamu atau LC, dada palsu aja sombong. Kasihan bener laki lo, tete
bininya dipamer kemana-mana.” balas Indi tak kalah tajam.
Sisca menoleh
menatap Indi tak percaya dan wajahnya sudah memerah, “Eh, kutu uang! Ini
namanya fashion. Lo aja yang kampungan. Sok alim.
Bukannya sok
alim. Indi memang memilih model yang lebih sopan namun tidak meninggalkan
keanggunannya. Ya kali dia mau ngikutin fashionnya si jablay merah ini, secara
istri-istri direksi dan keluarga inti Pak Joko kumpul disini semua.
“Astaga,
Indi…udah lama tidak ketemu, ya? Kamu cantik banget!”
Indi dan Sisca
langsung menoleh ke sumber suara. Dan terlihatlah seorang wanita paruh baya
yang masih cantik di usia senjanya. Beberapa helai rambut yang agak memutih
malah menambah kemewahan penampilannya. Dia adalah Ibu Ratna Mahendra. Ibu dari
Reza dan Arya.
“Ibu Ratna juga
masih tetap cantik dan awet muda.” Indi membalas ramah, disertai ketawa karir
dan mencium tangan wanita itu. Menjaga kesopanan, menjaga etika dan sedikit
menjilat.
Sisca yang
merasa tertinggal start pun mulai mencari perhatian, “Bu Ratna cantik sekali.”
“Terima kasih,
Sisca.” Bu Ratna tersenyum ramah namun agak kurang nyaman dengan dada Sisca
yang tampak menantang minta ditampar.
“Aduuuhh…maaf,
Ma. Aku telat, tadi ketahan macet dijalan.”
Indi dan Sisca
memandang penuh tanya dengan kedatangan seorang gadis manis yang memakai dress
selutut dengan aura yang sangat kiyowo sekali. Nafasnya terengah-engah karena
berlari.
“Ndak apa-apa.
Mama juga baru sampai.”
Mama?
Kening Indi dan
Sisca mengkerut bingung.
Bu Ratna pun
langsung membantu gadis itu dan merapikan gaunnya yang tertarik karena berlari.
“Dasar kamu ini, udah besar masih lari-larian aja.”
“Oh iya Indi,
Sisca, kenalkan ini Nala, tunangannya Reza, Atasan kalian.”
“Hai kak,
kenalin aku Nala, tunangannya Kak Reza!” gadis itu bukan mengulurkan tangan
tapi malah dadah-dadah.
Sisca Kaget.
Indi bengong.
Hah?
Siapa?
Pala?
“Kak, ngapain
disini?”
“Entah!”
“Lah?”
Reza menghela
nafas kesekian kali. Tadi dipintu masuk dia melihat adegan Indi dan Ibunya
bertemu dan tiba-tiba Nala datang. Reza langsung manuver berbalik kabur.
Mentalnya belum siap buat kampanye jika dia mencintai Indi dan ingin
membatalkan pertunangannya didepan sang Ibu. Apalagi melihat Indi yang terdiam
dengan raut sudah ditebak. Gadis itu hanya tersenyum ramah dan ikut berdadah
didepan Nala.
“Yuk masuk, mau
foto keluarga katanya. Abis itu kita makan. Udah ditungguin.” ajak Arya.
Sedang yang
diajak masih bengong ditempat. Arya yang sebal pun menarik tangan Reza dan pria
itu terpaksa ikut dengan tidak rela memasuki ruangan ‘panas’.
Begitu masuk
mata Reza langsung mencari keberadaan Indi dan betapa kagetnya dia saat
mendapati Nala duduk disebelah Indi, merangkul manja tangan Indi dan Indi
menyuapinya kue. Mulai bertingkah kan pacarnya Simba ini. Reza berjalan cepat
kearah mereka berdua.
“Hei..” Reza
menyapa Indi namun Nala merasa dirinyalah yang dipanggil.
Gadis itu
langsung berdiri dan memeluk Reza erat. Indi menatap interaksi keduanya dengan
tatapan datar.
“Kak Reza
daritadi aku cariin lho, kemana aja?”
Reza terlihat
gerah dan berusaha melepaskan pelukan Nala. “Ga usah pake peluk-peluk bisa,
kan!”, matanya curi-curi pandang kea rah Indi dan gadis itu biasa saja sambil
menyendokkan kue kemulutnya.
“Di, kesana yuk
ketemu sama yang lain.”
“Udah tadi.
Sempat juga ngobrol sama Bu Ratna dan…tunangan Bapak.” Indi berdiri dan
mengangguk sopan.
Jdaaarr!
Genderang perang
kembali berkumandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar