Sabtu, 11 Oktober 2025

10

Tubuhnya dia senderkan dikepala tempat tidur yang sudah dilapisi bantal. Peluh terlihat mengalir mulai dari kening sampai dagunya. Matanya terpejam dengan kepala yang mendongak keatas. Bibirnya yang sedikit terbuka sesekali mengeluarkan desahan lirih. Bahkan ego-nya pun masih tetap dipertahankan di moment yang seperti surga ini. Oh, betapa dia sangat menikmati service menakjubkan dari wanitanya ini. Yah, wanitanya. Sebutan itu bahkan terdengar sangat seksi bila diucapkan.

Perlahan matanya terbuka sayu. Rasa menggelitik di kedua pahanya menarik atensinya. Pria itu menurunkan pandangannya ke bawah. Tatapan lembut penuh cinta dia lemparkan pada seorang wanita, yang sedang sibuk saat ini. Sibuk membahagiakan prianya.

Mata pria itu seakan terpaku takjub untuk terus memandang seorang wanita yang paling indah didepannya. Seorang wanita yang sedang bersimpuh dengan wajah tepat berada diantara kedua paha kekarnya yang terbuka lebar. Kedua mata sayu si pria mengikuti gerakan kepala wanitanya yang terus bergerak mengabaikan dirinya. Hei, wanita itu adalah miliknya bukan milik penisnya.

Dengan gemas dirangkumnya surai lembut bagai tirai penutup itu dan menggenggamnya diatas kepala siwanita. Kini jelaslah terlihat pemandangan paling erotis yang pernah dia lihat hingga detik ini. Padahal sudah begitu banyak wanita yang memberinya pelayanan yang bahkan terasa lebih profesional dari pada wanitanya ini. Namun sekali lagi, hatilah yang berbicara diantara mereka. Diantara Reza dan Indi.

Senyum Reza terlukis mengamati kejantanannya timbul tenggelam diantara bibir sang kekasih. Indi terlihat begitu menikmati, bagaikan seorang anak yang mengemut lolipop favoritnya. Reza yakin, dari aroma yang menyapa penciumannya, Indi pasti sudah basah sekali. Ingin mengusili, Reza mengulurkan tangannya kearah pantat mulus Indi yang menungging dengan begitu menantang dan mencolek kewanitaan Indi yang merekah lebar. Dan senyumnya semakin tertarik keatas saat wanita itu tersentak dan bergumam kesal dengan mulutnya yang penuh namun tidak menghentikan kegiatan manisnya. Sambil terus menghiasi wajah tampannya dengan senyuman, Reza mengulum, menikmati cairan Indi yang mengumpul basah diujung jarinya.

Tanpa diduga Indi mengangkat tubuhnya dan otomatis kejantanan Reza terlepas dari bibir mungil itu. Reza menatap Indi heran dan penuh tanya dengan jari yang masih berada dimulutnya. Kenapa berhenti, padahal dia juga belum terpuaskan.

Reza sedikit tersentak saat mendapati Indi menatapnya dengan kesal dan terlihat begitu kecewa. Mengabaikan kedua payudaranya yang tergantung jelas.

"Menyebalkan!"

Kenapa sayang?

Reza bahkan tidak bisa mengeluarkan suaranya. Kata-katanya hanya berputar dikepala.

Perlahan tangan indi terangkat, semakin keatas, menyimpan jarinya dan meninggalkan jari telunjuk. Indi mengarahkan telunjuknya kebawah dan bagai tersihir Reza mengikuti.

"Dasar pria lemah!"

Dan terpampanglah kebanggaan, atau junior, atau kejantanan, atau penis yang dengan cepat mengkerut, mengecil dan kemudian....Triiing! Menghilang. Sontak wajah Reza langsung memucat panik. Semakin pucat saat Indi kembali menyerang dengan kata,

"Pria lemah!"

Lemah

Lemah

Lemah

"Tidak, Indi...Tidak!

Tidak

TIDAAAAA.......

"...AAAAAAAAKKKKKK!!!!!"

"Hah...Hah..."

Napas Reza memburu. Dengan liar matanya menatap kesekeliling ruangan dan menyadari dia berada dikamarnya. Sendiri. Tanpa Indi.

Dengan panik dia menyibak selimut dan langsung menarik boxernya turun . Mendesah lega dalam hati mengucap syukur saat mendapati juniornya tegang, mengeras, bersemangat menyambut pagi.

Dengan keras diusapnya wajahnya dan mengacak-acak rambutnya sampai berantakan.

"Aku pasti sudah mulai gila"

Dan Reza pun beranjak, semakin lama dia ditempat tidur semakin dia teringat akan mimpi indah berubah menjadi kutukan itu.

Reza meminum kopi yang ada dimeja tanpa permisi kepada si pemilik. Buat apa pikirnya. Si pemilik bahkan terlalu serius mengamati layar laptop dan tidak menyadari kedatangannya.

"Sedang apa, Ar? Hari libur kok kerja?" tanya Reza santai, padahal jantungnya saja belum berdetak normal akibat mimpi buruknya tadi.

Arya meliriknya sinis dan kembali menatap laptop. Mengabaikan jika kakaknya sedang menikmati kopi miliknya.

"Hanya ingin memastikan jika aku tidak menjadi topik hangat dipagi hari!" balas Arya ketus.

Reza menggigit bibirnya, berusaha mati-matian menahan tawa saat melihat jejeran plester luka tersusun apik dikedua lengan adiknya. Bagaimanapun adiknya ini sudah banyak berjasa padanya.

Namun sepertinya tidak berhasil karena sekarang Arya semakin cemberut.

"Tidak usah tertawakan aku. Tertawakan saja dirimu sendiri, Kak." dan seringai Arya tercipta saat wajah Reza perlahan berubah suram.

"Hah! Dia pasti membenciku sekarang. Aku pasti akan semakin buruk dimatanya." bahu Reza merosot lemas.

"Kau memang sudah buruk, Kak...hehehe!" ucap Arya sambil terkekeh geli melihat seorang Reza berubah suram karena wanita.

"Jadi apa yang terjadi, Kak?" tanya Arya sambil menutup laptopnya, lega karena wajahnya tidak menghiasi dunia maya.

Dan pikiran Reza terlempar kekejadian tadi malam.

"Indi...Indi...tunggu!"

Dan sumpah, Reza yakin sekali jika wanita itu pasti mendengar panggilannya.

Reza semakin mempercepat laju larinya saat dirasa langkah Indi semakin lama semakin cepat.

Grep!

Dan Reza berhasil. Tangan Indi sudah ada digenggamannya. Dengan pelan ditariknya tangan halus itu hingga tubuh Indi menabrak dadanya. Dan Reza berusaha menahan erangannya, saat menyadari dada empuk nan hangat milik Indi menempel dengan pas tepat didadanya. Namun kehangatan itu langsung terasa bagai es saat Indi malah menjauhkan tubuhnya. Memberi jarak.

Tapi jangan harap Indi bisa lepas darinya. Reza tetap menggenggam kuat pergelangan wanitanya.

"Bapak ada perlu dengan saya?" tanya Indi

Hati Reza mencelos saat merasakan betapa dinginnya nada tanya itu. Indi memang selalu cuek dan dingin, namun kali ini rasanya begitu berbeda. Sungguh Reza tidak mengerti.

"Ah, itu...aku..." Reza bahkan ingin memaki dirinya sendiri karena kehilangan kata-kata.

Indi terlihat menghela napas lelah. "Jika ada masalah kerjaan yang ingin Bapak diskusikan, saya rasa besok adalah waktu yang tepat..."

"Dia bukan siapa-siapa...wanita yang kau lihat tadi bersamaku...dia..dia sepupuku. Iya, sepupuku. Jadi kau jangan berfikiran apa-apa dikepala cantikmu itu." potong Reza sebelum Indi menyelesaikan perkataannya. Dan Reza ingin kesalahpahaman ini cepat terselesaikan dan mereka bisa menikah besok. Harapnya.

Kening Indi menyerngit bingung. Lama dia menatap Reza yang terlihat kikuk dan gelisah. Jujur didasar hatinya terasa kebahagiaan yang begitu hangatnya hingga membakar jiwa. Tak bisa menahan senyumnya, Indi menundukkan kepala. Namun begitu dia mengangkat kepalanya, sebuah lukisan manis disudut bibir Reza kembali memadamkan kebahagiaannya dengan telak. Sepupu tidak akan mencium bibirmu, bukan?

Indi bahkan harus menggigit lidahnya, sebagai pengingat untuk tidak menghinakan dirinya dengan menangis di depan pria brengsek yang begitu dia cintai.

"Kenapa Bapak mengatakannya pada saya? Seingat saya kita tidak memiliki hubungan apa-apa..."

Dan....BANG!

Bagai palu godam menghantam kepalanya, kesadaran Reza memaksa keluar mengambil alih otaknya. Benar apa kata Indi. Mereka tidak punya status apa apa. ”...dan saya tidak berada diposisi khusus sehingga Bapak perlu menjelaskan apapun pada saya. Semua itu hak Pak Reza. Dan jangan khawatir dengan kantor, saya bukan tukang gosip." lanjut Indi semakin membuat Reza mati kutu.

Indi melihat jam tangannya, mengirimkan pesan pada Reza jika dia ingin segera menyudahi pertemuan ini.

Dan Reza tidak punya cara lain lagi untuk menghentikan kepergian Indi. Kata Arya, wanita didepannya sudah mau pulang jadi menawarinya makan malam adalah hal bodoh.

"Kalau begitu saya pamit dulu..." Indi mengulurkan tangannya mengarah tepat kewajah Reza. Hal itu sukses membuat Reza bingung namun tak ada usaha untuk menjauhkan wajahnya.

Dan telapak Indi yang lembut mengusap sudut bibir Reza. Tanpa bisa ditahan, Reza memejamkan matanya, menikmati. Dan menggeram kesal saat berani-beraninya Indi menghentikan kegiatan manisnya.

"...maaf tidak sopan,ada bekas lipstik." Indi mengangguk samar dan membalikkan tubuhnya pergi menjauh meninggalkan Reza yang terdiam kaku.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Reza menjeduk-jedukkan kepalanya kemeja makan dan mengumpat, mengutuk dirinya sendiri. Arya hanya bisa melemparkan tatapan iba pada kakaknya yang benar bodoh ini.

 

"Memangnya kau tidak sadar, itu mulut masih ada bekas lipstik?" tanya Arya usil.

Reza membalas perkataan adiknya dengan tatapan membunuh. "Memangnya aku sempat ngaca?!"

Arya menggeleng-gelengkan kepala, bagai seorang ibu yang kecewa dengan putranya.

"Ya sudah, Kak. Menyerah saja. Indi sudah diluar jangkauanmu. Kesalahanmu yang sebelumnya saja belum termaafkan. Eh, sekarang malah nambah lagi." ujar Arya prihatin. Yah, Reza sudah menceritakan tentang Indi yang tiba-tiba ketus karena ucapannya. Dan sukses mendapatkan ceramah selama dua jam dari adiknya. Salahnya sendiri juga sih yang tidak peka. Padahal Reza bermaksud ingin memuji Indi bukan ingin menyamakannya dengan wanita lain diluar sana.

Mendengar kata menyerah membuat kuping Reza gatal dan emosinya tersulut.

"Tidak! Aku tidak akan menyerah. Hati dan tubuhnya hanya milikku. Milikku!" paksa Reza.

"Dia tidak tertarik sedikit pun padamu, Kak. Jangan egois!" bujuk Arya takut kakaknya menjadi gelap mata.

Seringai licik tercipta diwajah tampan Reza. Yah, ada satu rahasia yang dia simpan rapat-rapat sampai saat ini. Yaitu kejadian dimalam dia mempermalukan dirinya sendiri dengan atraksi ejakulasi dini. Malam itu Indi tidak menolaknya, dia sadar itu. Dan Reza bersumpah akan membuat Indi jujur pada perasaannya sendiri sehingga mereka bisa

Happily Ever After.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...