Sabtu, 11 Oktober 2025

05_Janda Labil



Aldi membolak-balik berkas yang ada didepannya. Mengecek nominal-nominal yang mungkin akan membuat mata orang lain buta seketika. Pekerjaan sebagai seorang konsultan keuangan menuntutnya untuk selalu jeli dalam menyusun laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang menjadi kliennya. Dan karena kejeniusannya lah yang mengatarkan perusahaan berkelas kakap sekalipun untuk mengantri didepan pintu kantor miliknya. Yah, dan hasil tidak akan mengecewakan usaha. Bukti beberapa aset properti dan mobil mahal menjadi saksi keberhasilannya. Namun semua itu seakan tak berarti karena tujuan hidupnya kini sudah menjauh. Mantan istrinya, Yuri.

Aldi melepas kacamata dan memijat pelan pangkal hidungnya. Matanya melirik ke pigura yang terpajang manis diatas mejanya. Wajah Yuri yang tertawa cukup ampuh menjadi pembangkit semangatnya. Akan lebih baik jika langsung bertemu.

Matanya menatap kearah jam dinding. Setengah Sembilan malam, masih terlalu sore untuk tidur. Dengan lincah jemarinya mengetik nomor yang sudah dia hafal luar kepala. Aldi menunggu nada panggil itu tersambung.

“Halo?”

Aldi menyerngit. Menarik ponselnya dan menatap nama ‘Cinta’ pada layar ponselnya. Benar, tidak salah ini nomor Yuri. Kenapa yang menjawab laki-laki.

Seketika kesadaran menghantam kepalanya.

“Kevin. Dimana Yuri?”

Terdengar helaan napas dari seberang sana. “Ada. Mau bicara? Tapi sepertinya masih lama karena dia sedang mandi.”

Buku-buku jari Aldi memutih karena mengepal terlalu kuat. “Nanti aku hubungi lagi. Katakan padanya.” Balasnya dingin.

“Oke.”

Aldi mematikan sambungan dan membanting ponselnya cukup kuat kemeja. Dengan kasar jemarinya menyisir dan menarik rambutnya kebelakang. Aldi berdiri cepat sampai kursinya terdorong kuat kebelakang.

BRAK!

“Sedang apa sibrengsek itu dirumah malam-malam begini? Dan…kenapa Yuri…Oh tuhan!” seru Aldi frustasi menahan cemburu yang terbakar parah didadanya. Mengabaikan rasa panas tangannya karena menggebrak meja dengan kuat.

Sebegitu marahnya Aldi sampai-sampai tidak mendengar seseorang membuka pintu ruangannya dengan pelan. Tubuhnya terlonjak kaget saat sepasang lengan mungil melingkari pinggangnya.

“Astag…Brengsek! Lepaskan!” makinya setelah tahu itu tangan siapa.

“Apa yang kau lakukan disini?!”

Kaki jenjang itu membawa tubuh seindah model berjalan anggun dan duduk disofa ruangan Aldi. Jemari bercat kuku coklat itu mengusap-usap bagian sofa yang tidak dia duduki. “Dulu kita pernah bercinta disini…” ucapnya manja mengabaikan pertanyaan Aldi.

Aldi berdecak keras. Mengabaikan sopan santunnya pada perempuan yang berhasil menarik kebodohannya keluar. Sampai dia tega mengkhianati wanita yang dia cintai.

“Sebaiknya kau keluar sekarang sebelum satpam yang menyeretmu.” Aldi mengabaikan Linda dan kembali menekuni berkas-berkas. Berharap jika wanita itu pergi secepat dia datang.

“Klise. Selingkuh. Senang dan menikmati. Sampai tergila-gila tapi begitu ketahuan menjadikan pasangan selingkuhannya bak penyakit menular yang harus dijauhi.” Linda bertepuk tangan kecil.

Aldi menatap tajam kearah Linda, sedangkan wanita itu tidak perduli. Malah kaki yang tadinya menyilang kini terbuka lebar. Memperlihatkan celana dalamnya, khusus buat Aldi.

“Dulu kau menyukai ‘ini’ kan, kenapa sekarang tidak?” Linda menyandar di sofa membuka kakinya lebar dan mengusap-usap pelan kemaluannya yang masih dilapisi kain tipis.

Aldi memejamkan matanya erat. Kilasan perselingkuhannya dengan Linda bagai kaset rusak yang terus tumpang tindih didalam kepalanya. Bukan nafsu yang seperti Linda inginkan yang memuncak tapi amarah yang menyala jelas dimata Aldi saat manik itu kembali terlihat.

Tanpa suara Aldi bangkit dari duduknya. Menyambar dompet dan kunci mobil.

“Al?” Linda bingung saat Aldi berjalan melewati dirinya dan keluar dengan bantingan pintu yang sangat keras.

Tak lama seorang pria yang menjadi asisten Aldi dan dua orang sekuriti datang, membuat Linda menggeram marah.

‘Brengsek kau Aldi!’ makinya dalam hati.

“Minggir! Aku bisa keluar sendiri!” Linda menghentakkan kakinya kesal, menabrak bahu salah satu sekuriti hingga pria itu terdorong kesamping.

“Aku tidak akan melepaskanmu Aldi. Kau, milikku! Hanya milikku!”



Aldi menyusuri jalanan kota tanpa tujuan. Kilasan balik kejadian dua tahun yang lalu lagi-lagi mampir dikepalanya. Seakan-akan kejadian itu baru terjadi kemarin. Tanpa dia sadar cairan bening mengintip dari sudut matanya.

“Yuri…maafkan aku…”





SREK!

Kedua orang itu tersentak kaget. Karena sejajar dengan sofa, yang pertama ditangkap matanya adalah bungkus makanan yang jatuh dan hancur didekat kaki seseorang. Mata nanarnya langsung naik keatas.

“Yuri?!”

Aldi langsung melepaskan penyatuannya dan memakai celananya asal. Linda yang masih terlentang pasrah disofa bahkan tak mau repot-repot menutup kakinya yang mengangkang.

Yuri masih bisa melihat jejak basah nafsu dialat genital perempuan itu. Nafsu yang diciptakan oleh suaminya untuk perempuan itu. Betapa murah hatinya, bukan?

“Yu…Yuri…”

“Aku tau kau pasti bingung mau bicara apa. Kutunggu dirumah. Persiapkan penjelasan terbaikmu.” Ucap Yuri datar.

Aldi bahkan bisa melihat tubuh istrinya bergetar. Tanpa wanita itu tahu jika wajahnya sudah sepias kertas. Mengepalkan tangan kuat, Aldi menghantamkan tinjuannya ke dinding hingga tangannya berdarah.

Dengan cepat dia berlari kekamar mandi diruangannya dan membersihkan tubuhnya dengan cepat. Mengabaikan air yang masih menetes, Aldi kembali memakai baju dan berlari keluar. Pulang.

“Al…” Linda masih terduduk disofa, setengah telanjang.

Rasa jijik dan muak menguar hingga membuatnya mual dan ingin muntah. Aldi menelan ludahnya kering.

“Pergilah dan jangan pernah datang lagi!” Aldi mengeluarkan dompet dan melemparkan lembaran uang tepat ke atas meja.

Dengan segera tanpa menunggu balasan Linda, Aldi melesat pergi.


Lamunan yang panjang membawa Aldi kedepan rumah impiannya dengan Yuri dulu. Rumah yang selalu menyambutnya dengan hangat. Cinta yang dengan tololnya dia biarkan terkikis nafsu.

Gontai Aldi berjalan mendekati pintu. Tangannya terangkat memencet bel namun suara tak pernah menyapa pendengaran. Tangannya hanya mengambang diudara. Rasa bersalah dan dosa selalu membuatnya malu jika bertatap muka dengan Yuri.

Dua tahun ini dia menerima dengan pasrah makian, hinaan, cacian, tangisan, ratapan dari wanita yang dicintainya itu. Berkali-kali Aldi harus memohon dan bahkan sampai mengancam agar mereka tidak bercerai.

Sampai saat itu tiba. Yuri memintanya memilih akan pilihan yang teramat sulit. Cerai atau Yuri bunuh diri.

Aldi tidak menyangka perbuatannya membuat Yuri bisa trauma sampai seperti ini. Terlalu cepat kehilangan orang tua membuat dirinya mencari tempat bergantung, dan saat menemukan malah dikhianati.

Perjuangan Aldi selalu tanpa lelah. Bahkan setelah mereka akhirnya bercerai Aldi tetap berada didekatnya. Menjaga wanita itu dari luar rumah. Tidur dimobil takut jika sewaktu-waktu lampu padam dan wanita itu ketakutan atau sekedar atap yang bocor karena hujan, apapun bisa menjadi alasan. Memastikan para satpam perumahan terus menjaga rumahnya dengan bayaran yang tidak sedikit.

Sampai tidak sengaja Yuri tahu Aldi melakukan itu semua. Bersyukur karena mantan istrinya itu memiliki hati seorang malaikat. Perlahan-lahan Yuri memberikannya maaf dan mulai menerima semua kebaikannya. Walau harus digantung seperti ini, Aldi sudah puas. Dia akan terus menempel pada Yuri sampai wanita itu mendapatkan jodoh yang lain atau bahkan kembali padanya. Membayangkan Yuri bersama Kevin saja sudah membuatnya mau mati apalagi jika sampai Yuri menikah lagi. Aldi akan bersumpah untuk hidup selibat.

Tidak ingin mengganggu Yuri, Aldi berjalan kembali dan masuk kemobil. Berdiam diri cukup lama dan mulai terbang kealam mimpi. Entah sampai berapa lama dia disitu karena saat pagi, Yuri tidak mendapati mobilnya berada disana.

.

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...