Sabtu, 11 Oktober 2025

36

Tiga hari sudah berlalu sejak terakhir Reza datang menemui Ardi.

Indi tidak pernah mendengar kabarnya lagi.

Pria itu bagai hilang ditelan kuda nil.

Apa memang rasa penasaran Reza padanya sudah hilang dan sekarang sudah bosan.

Indi kembali murung dan matanya kembali basah.

Selama dia tinggal dirumah abangnya, dia dilarang kemana-mana bahkan ke kantor. Abangnya malah berencana membuat Indi resign. Dia mendengar pembicaraan abangnya dan Ika tadi malam.

Suara ketukan terdengar, namun Indi hanya kembali tidur dan menutup dirinya dengan selimut. Menolak keluar ataupun makan.

Suara Ika terdengar dari luar.

 

“Di, makan malam dulu…aku masakin ayam kecap kesukaanmu, lho!”

Ika mengetuk lagi namun seperti kemarin malam, pagi dan siang ini Indi tidak mau keluar.

Ika menghela nafas dan kembali turun kebawa membawa makanan yang tadinya mau dia kasih ke Indi.

Ika sampai anak tangga terakhir, bersamaan dengan suaminya yang baru pulang.

“Cium!” Ardi merentangkan tangannya namun Ika hanya memandangnya diam, biasanya istrinya itu akan menghabur kepelukannya dan mencium pipi, bibir dan keningnya sekaligus.

“Yang?”

“Mandi dulu ya, aku siapin dulu makannya.” Ika tersenyum namun tidak sampai kematanya. Ardi pun menurut dan langsung mandi membersihkan dirinya.

Ardi mengeringkan rambutnya yang setengah basah dan membuatnya acak-acakan. Ika menahan mati-matian hasratnya yang ingin melompat kepelukan suaminya.

“Masak apa, Yang?”

“Ayam kecap.”

“Wah kesukaan Indi tuh, anaknya udah makan?”

“Belum dari kemarin.”

Ardi menghela nafas, “Dasar manja.”

Ika membanting sendok nasi yang ada ditangannya, “Manja? Abang bilang manja?”

“Dia hanya sedih karena abang tidak merestui hubungannya dengan Reza!” mata Ika berkaca-kaca dan wanita itu berlari masuk kedalam kamar, meninggalkan suaminya yang terbengong sendiri.

Ardi kalang kabut mengejar istrinya yang sprint kekamar. Begitu masuk kamar dia melihat Ika yang duduk dikasur mereka sambil terisak.

“Yang, kamu kenapa? Kok nangis?”

“Abang restuin ga, Indi sama Reza! Kasihan Indi, bang!”

Ardi memejamkan matanya menahan kesal, beginilah kalau cewek sahabatan. Saling dukung trooss!

“Abang begini demi kebaikan Indi, Yang! Reza itu laki-laki brengsek, dia tidak akan bisa membuat Indi bahagia!”

“Trus aku bahagia ga?!”

Hah? Kenapa jadi melebar kemana-mana?

“Aku bahagia, ga menurut abang?” desak Ika.

“Bahagia, dan abang pasti akan terus menjamin kebahagiaanmu sampe kita menua bersama.” Ardi menjawab mantap.

Mata Ika berkaca-kaca, “Tuh kan, Indi pasti juga bahagia kalau bersama orang yang dia cintai, bang. Indi mirip kayak aku, sama-sama jatuh cinta dengan cowok brengsek!”

Eh?

Kok?

“Yang…”

“Aku bener kan? Abang juga dulu cowok brengsek, tapi bisa buat aku bahagia. Semua itu karena rasa cinta, bang!”

Skakmat.

Ardi tak bisa ber word-word.

Kepalanya sudah berkeringat, padahal tadi abis mandi.

Kok istrinya masih ingat aja sih? Udah lama lho itu!

“Bang, aku tau kalau dulu abang nerima cinta aku karena mau jadiin aku tameng kan? Buat cewek-cewek yang ngejar abang…”

Kepala Ardi gatal.

“Masih mending Reza, dia berhenti dekat sama cewek lain sejak bersama Indi…”

Ardi mengitung jumlah kotak di lantai.

“…sedangkan abang, aku tau abang masih sering selingkuh kan walaupun kita udah pacaran…”

Ardi membuang pandangan ke plafon kamar.

“…saat itu aku sedih banget, bang. Sakiiit…dan yang ada disamping aku, nguatin aku, meluk aku, dukung aku itu cuma Indi…Indi, bang. Bukan abang.”

“Yang, maaf!” Ardi tidak tahan lagi. Dia memeluk Ika erat. Menenggelamkan wajahnya dibahu istrinya. Ika merasakan basah dibahunya. Suaminya menangis.

Ika mengusap punggung suaminya mesra, “tapi sekarang aku bahagia, bang. Sangat bahagia…apalagi setelah ada Lila. Dan aku yakin Indi juga akan bahagia bersama Reza. Karena mereka saling mencintai.”

Ika menjauhkan dirinya dan mengangkat wajah Ardi, dan benar suaminya…menangis.

“Lelaki yang dulunya brengsek, ga selamanya brengsek. Kalian bisa jadi sumber kebahagiaan kami, wanita yang mencintai kalian.” Jelas Ika mengusap air disudut mata suaminya.

“Beri mereka kesempatan ya, Yang. Seperti kita dulu.”

Hati Ardi menghangat. Sisi posesif membuatnya lupa jika dulu dia bahkan lebih brengsek dari Reza. Dan semuanya berakhir bahagia, dengan Ika.

“Makasih ya, Yang. Udah buka mataku…ngomong-ngomong akulapar lho, Yang. Tadi ga jadi makan, kan?”

“Ya ampun, maaf..maaf…yuk makan! Ika menarik tangan suaminya yang masih tertawa geli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...