Reza berlari cepat dan hampir menabrak seorang pengamen yang sedang menggoyang-goyangkan bungkus permen meminta uang.
Kalo masih punya
nyali deketin adek gue. Datang cepat!
Satu pesan yang
dia terima dari Ardi membuatnya langsung mandi dengan cepat sampai lupa
bercukur. Selama tidak bertemu Indi, Reza jadi mencurahkan fokusnya
kepekerjaan. Kalau bukan ayahnya yang menyeret dia bahkan tidak akan makan.
Badannya sudah tampak mengurus dibeberapa bagian, dan rambutnya pun sudah tidak
serapi dulu. Pikirnya buat apa rapi-rapi toh Indi tidak akan melihatnya.
“Sorry,…aku..telat..”
nafas Reza masih putus nyambung karena berlari dari parkiran yang cukup jauh
letaknya.
“Duduk!”
Reza pun duduk.
Ardi hanya
mengaduk minumannya, sedangkan Reza mengorek-ngorek ujung meja entah buat apa.
Keduanya tidak ada yang memulai pembicaraan.
Tiba-tiba Ardi
mengusap wajahnya kasar membuat Reza kaget. “Kenapa harus elu,sih?!”
Dan Reza yakin,
Ardi sudah sedikit melunak. “Ya, jodoh.”
“Jodoh kepalamu.
Gue pengen nonjok lo lagi tau ga?”
Reza nyengir,
“Tau.”
“Kalau bukan
karena Ika yang nyadarin aku mungkin gue ga akan berubah fikiran jauhin lo sama
Indi!”
Reza menyerngit
tidak suka karena mendengar kata pisah disandingkan dengan namanya dan Indi.
“Ika mengatakan
kalau kita…sama!”
“Emang bener,
kan? Reza langsung melipat mulutnya saat mendapatkan pelototan Ardi.
“Sebelum gue
mutusin, ngasih lo kesempatan atau enggak, gue mau nanya rencana lo buat Indi.”
Reza tersenyum
lembut sambil menatap meja, hal itu tidak luput dari pandangan Arya. Baru kali
ini dia melihat tatapan lembut seberti itu dari bocah liar ini.
“Aku ga bisa
janjiin apa-apa, Mas Ardi. Tapi saat ini yang aku tau hanya melakukan apapun
yang membuat Indi bahagia. Apapun. Bahkan kalau dia nyuruh aku miara kecoa pun
aku mau…” Ardi tidak tahan untuk memutar bola matanya dan tertawa kecil. Dia
tahu betapa adik kelasnya ini sangat takut dengan kecoa.
“Indi punya
kecoa putih, lho.”
“I..itu juga
bisa..”
“Yakin?”
“1000%” jawab
Reza mantap dengan suara bergetar.
Ardi tidak dapat
menyembunyikan senyumnya.
“Ya udah, sana
jemput Indi dirumahku. Dia udah murung dari tiga hari yang lalu, jarang makan
juga. Lagi patah hati kali.”
Mata Reza
membola, dia langsung buru-buru pergi bahkan lupa berpamitan.
“Dasar ipar
durhaka.”
Ardi mendengus
kesal dan meminum kopinya, memandang punggung Reza yang menjauh dengan cepat.
Ting tong! Ting
tong!
Ting tong! Ting tong!
Ting tong! Ting
tong!
“SEBENTAAAAARRR!!!”
“Udah gila ya,
mencet bel rumah orang kayak gitu!” Ika berjalan ke arah pintu sambil menaikan
lengan bajunya emosi.
Ika udah siap
memuntahkan omelannya saat membuka pintu langsung berputar-putar saat seseorang
menerobos masuk kerumahnya. Begitu berhenti, ibu satu anak itu memegang
kepalanya yang mulai pusing.
Ika mengerjapkan
matanya beberapa kali sampai rasa pusingnya sedikit berkurang dan mendapati
jika didepannya ada seorang pria tampan, berkeringat, terengah-engah dan
berjanggut tipis.
Ulala…siapa
nich?
Ganteng kaliii…
‘Apa siganteng
ini orang gila yang mencetin bel rumahnya?’
“Heh, siapa lo?
Sembarangan aja main masuk rumah orang?” omel Ika sambil memindai Reza dari
atas kebawah atas lagi kembali kebawah dan nyangkut ditengah.
‘Ah, masih
gantengan suaminya kemana-mana’
Dasar bucin
akut.
“Mba Ika ya?
Istrinya Mas Ardi, kenalin mba, saya Reza, pacarnya Indi.”
Ika membuat pola
o bulat melonjong miring kekanan dikit dimulutnya.
‘Pantes aja si
‘botol kratingdeng’ nangis tiga hari tiga malam, ternyata putus sama cowok
modelan gini toh.
“Mau…ketemu
Indi, ya? Tunggu bentar ya saya panggilin. Tunggu disini jangan lasak
kemana-mana dan jangan mainin bel lagi!”
“Siap!”
Ika berjalan
cepat tidak sabar ingin melihat reaksi Indi. Dalam hati dia merasa lega karena
akhirnya suami keras kepalanya mau mengerti juga. Padahal Ika memang sengaja
mengungkit masa lalu agar suaminya merasa bersalah hihihi!
“Di, buka
pintunya!”
Hening.
“Di…”
“EH BOTOL
KARBOL, LAKI LO ADA DIBAWAH, NOH! KALO GA KELUAR GUE USIR!”
Bukan hanya Indi
didalam kamar yang kaget mendengar suara Ika yang menggelegar, Reza pun sampai
mengelus dadanya kaget.
Walaupun bikin
jantungan tapi cara Ika sangat ampuh. Buktinya Indi langsung keluar dan sudah
rapi?
Kapan mandinya?
“Ga gosok gigi
lo, ya?”
“Udah
kumur-kumur.” balas Indi sambil lalu.
Dengan cepat
Indi turun kebawah. Sebenarnya tadi Reza sudah mengirim pesan akan datang dan
menjemputnya. Tadi Indi lagi kumur-kumur makanya tidak bisa menjawab panggilan
Ika.
Indi sudah ada
dikaki anak tangga dan memandang Reza penuh kerinduan. Sedangkan Ika yang
mengekori dari belakang duduk dan menonton drakor dadakan dari balik sofa.
Reza berjalan
cepat dan langsung menangkup pipi Indi. Mencium gadisnya dengan penuh kerinduan
yang amat sangat. Hampir dia menyerah dan membuatnya gila. Perkataan Ardi
tentang tingkah liarnya selama ini membuatnya malu untuk kembali memiliki niat
mempertahankan cintanya. Cinta mereka.
“Aku kangen
kamu, Di…kangen banget..” mata Reza berkaca-kaca begitu juga Indi.
“Aku juga…tapi
kamu ngapain disini nanti bang Ardi marah, lho.”
“Udah lanjut
aja, abang lo urusan gue!” potong Ika yang entah sejak kapan ditangannya ada
pop corn dan soda.
Reza terkekeh,
“Udah, aku udah ketemu Mas Ardi dan dia akhirnya mau memberi aku kesempatan
dengan syarat aku harus membuatmu bahagia.”
“Sungguh?”
“Iya, sungguh.”
“Demi apa?”
“Demi…
“Demikian kami
sampaikan. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih!” potong Ardi yang entah
sejak kapan sudah masuk kedalam rumah.
“Yang, sini
duduk. Kita nonton!” Ika menepuk sisi sofa disebelahnya.
Ardi hanya
menggeleng melihat tingkah istrinya yang sangat absurt, perhatiannya kembali ke
pasangan yang sudah memisahkan diri sejak mendengar suara Ardi.
“Kurang ajar ya
lo, main kabur aja!”
Reza menggaruk
kepalanya yang tidak gatal.
“Abang…” mata
Indi berkaca-kaca.
Tanpa sanggup
bicara lagi, Indi menghambur memeluk Ardi, “Makasih…aku sayang abang!”
Ardi mengusap
dan mengecup pucuk kepala Indi. “Adek abang ternyata udah gede ya, udah pinter
main pacar-pacaran…” Indi tertawa kecil yang diikuti Ardi.
Ika makin
semangat menonton dan bertepuk tangan . Sekarang dia sudah memakai kacamata 3D
yang lagi-lagi entah darimana dia dapatkan.
Reza yang
menyaksikan adegan kasih sayang antar saudara itu pun ikut terharu.
“Gimana abang ga
ngasih restu, kalau pengorbanan Reza sebesar itu untukmu?”
Indi menjauhkan
dirinya dan mendongak menatap Ardi bergantian ke Reza, “Korban apaan?
Ardi menyeringai
dan Reza yakin bukan hal baik yang akan dikatakan sahabat sekaligus calon abang
iparnya ini, “Reza bilang…dia mau piara kecoa putih yang ada dirumahmu.”
“Eh, serius?!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar