Sabtu, 11 Oktober 2025

37

Reza berlari cepat dan hampir menabrak seorang pengamen yang sedang menggoyang-goyangkan bungkus permen meminta uang.

Kalo masih punya nyali deketin adek gue. Datang cepat!

Satu pesan yang dia terima dari Ardi membuatnya langsung mandi dengan cepat sampai lupa bercukur. Selama tidak bertemu Indi, Reza jadi mencurahkan fokusnya kepekerjaan. Kalau bukan ayahnya yang menyeret dia bahkan tidak akan makan. Badannya sudah tampak mengurus dibeberapa bagian, dan rambutnya pun sudah tidak serapi dulu. Pikirnya buat apa rapi-rapi toh Indi tidak akan melihatnya.

“Sorry,…aku..telat..” nafas Reza masih putus nyambung karena berlari dari parkiran yang cukup jauh letaknya.

“Duduk!”

Reza pun duduk.

Ardi hanya mengaduk minumannya, sedangkan Reza mengorek-ngorek ujung meja entah buat apa. Keduanya tidak ada yang memulai pembicaraan.

Tiba-tiba Ardi mengusap wajahnya kasar membuat Reza kaget. “Kenapa harus elu,sih?!”

Dan Reza yakin, Ardi sudah sedikit melunak. “Ya, jodoh.”

“Jodoh kepalamu. Gue pengen nonjok lo lagi tau ga?”

Reza nyengir, “Tau.”

“Kalau bukan karena Ika yang nyadarin aku mungkin gue ga akan berubah fikiran jauhin lo sama Indi!”

Reza menyerngit tidak suka karena mendengar kata pisah disandingkan dengan namanya dan Indi.

“Ika mengatakan kalau kita…sama!”

“Emang bener, kan? Reza langsung melipat mulutnya saat mendapatkan pelototan Ardi.

“Sebelum gue mutusin, ngasih lo kesempatan atau enggak, gue mau nanya rencana lo buat Indi.”

Reza tersenyum lembut sambil menatap meja, hal itu tidak luput dari pandangan Arya. Baru kali ini dia melihat tatapan lembut seberti itu dari bocah liar ini.

“Aku ga bisa janjiin apa-apa, Mas Ardi. Tapi saat ini yang aku tau hanya melakukan apapun yang membuat Indi bahagia. Apapun. Bahkan kalau dia nyuruh aku miara kecoa pun aku mau…” Ardi tidak tahan untuk memutar bola matanya dan tertawa kecil. Dia tahu betapa adik kelasnya ini sangat takut dengan kecoa.

“Indi punya kecoa putih, lho.”

“I..itu juga bisa..”

“Yakin?”

“1000%” jawab Reza mantap dengan suara bergetar.

Ardi tidak dapat menyembunyikan senyumnya.

“Ya udah, sana jemput Indi dirumahku. Dia udah murung dari tiga hari yang lalu, jarang makan juga. Lagi patah hati kali.”

Mata Reza membola, dia langsung buru-buru pergi bahkan lupa berpamitan.

“Dasar ipar durhaka.”

Ardi mendengus kesal dan meminum kopinya, memandang punggung Reza yang menjauh dengan cepat.

 

Ting tong! Ting tong!

 Ting tong! Ting tong!

Ting tong! Ting tong!

“SEBENTAAAAARRR!!!”

“Udah gila ya, mencet bel rumah orang kayak gitu!” Ika berjalan ke arah pintu sambil menaikan lengan bajunya emosi.

Ika udah siap memuntahkan omelannya saat membuka pintu langsung berputar-putar saat seseorang menerobos masuk kerumahnya. Begitu berhenti, ibu satu anak itu memegang kepalanya yang mulai pusing.

Ika mengerjapkan matanya beberapa kali sampai rasa pusingnya sedikit berkurang dan mendapati jika didepannya ada seorang pria tampan, berkeringat, terengah-engah dan berjanggut tipis.

Ulala…siapa nich?

Ganteng kaliii…

‘Apa siganteng ini orang gila yang mencetin bel rumahnya?’

“Heh, siapa lo? Sembarangan aja main masuk rumah orang?” omel Ika sambil memindai Reza dari atas kebawah atas lagi kembali kebawah dan nyangkut ditengah.

‘Ah, masih gantengan suaminya kemana-mana’

Dasar bucin akut.

“Mba Ika ya? Istrinya Mas Ardi, kenalin mba, saya Reza, pacarnya Indi.”

Ika membuat pola o bulat melonjong miring kekanan dikit dimulutnya.

‘Pantes aja si ‘botol kratingdeng’ nangis tiga hari tiga malam, ternyata putus sama cowok modelan gini toh.

“Mau…ketemu Indi, ya? Tunggu bentar ya saya panggilin. Tunggu disini jangan lasak kemana-mana dan jangan mainin bel lagi!”

“Siap!”

Ika berjalan cepat tidak sabar ingin melihat reaksi Indi. Dalam hati dia merasa lega karena akhirnya suami keras kepalanya mau mengerti juga. Padahal Ika memang sengaja mengungkit masa lalu agar suaminya merasa bersalah hihihi!

“Di, buka pintunya!”

Hening.

“Di…”

“EH BOTOL KARBOL, LAKI LO ADA DIBAWAH, NOH! KALO GA KELUAR GUE USIR!”

Bukan hanya Indi didalam kamar yang kaget mendengar suara Ika yang menggelegar, Reza pun sampai mengelus dadanya kaget.

Walaupun bikin jantungan tapi cara Ika sangat ampuh. Buktinya Indi langsung keluar dan sudah rapi?

Kapan mandinya?

“Ga gosok gigi lo, ya?”

“Udah kumur-kumur.” balas Indi sambil lalu.

Dengan cepat Indi turun kebawah. Sebenarnya tadi Reza sudah mengirim pesan akan datang dan menjemputnya. Tadi Indi lagi kumur-kumur makanya tidak bisa menjawab panggilan Ika.

Indi sudah ada dikaki anak tangga dan memandang Reza penuh kerinduan. Sedangkan Ika yang mengekori dari belakang duduk dan menonton drakor dadakan dari balik sofa.

Reza berjalan cepat dan langsung menangkup pipi Indi. Mencium gadisnya dengan penuh kerinduan yang amat sangat. Hampir dia menyerah dan membuatnya gila. Perkataan Ardi tentang tingkah liarnya selama ini membuatnya malu untuk kembali memiliki niat mempertahankan cintanya. Cinta mereka.

“Aku kangen kamu, Di…kangen banget..” mata Reza berkaca-kaca begitu juga Indi.

“Aku juga…tapi kamu ngapain disini nanti bang Ardi marah, lho.”

“Udah lanjut aja, abang lo urusan gue!” potong Ika yang entah sejak kapan ditangannya ada pop corn dan soda.

Reza terkekeh, “Udah, aku udah ketemu Mas Ardi dan dia akhirnya mau memberi aku kesempatan dengan syarat aku harus membuatmu bahagia.”

“Sungguh?”

“Iya, sungguh.”

“Demi apa?”

“Demi…

“Demikian kami sampaikan. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih!” potong Ardi yang entah sejak kapan sudah masuk kedalam rumah.

“Yang, sini duduk. Kita nonton!” Ika menepuk sisi sofa disebelahnya.

Ardi hanya menggeleng melihat tingkah istrinya yang sangat absurt, perhatiannya kembali ke pasangan yang sudah memisahkan diri sejak mendengar suara Ardi.

“Kurang ajar ya lo, main kabur aja!”

Reza menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Abang…” mata Indi berkaca-kaca.

Tanpa sanggup bicara lagi, Indi menghambur memeluk Ardi, “Makasih…aku sayang abang!”

Ardi mengusap dan mengecup pucuk kepala Indi. “Adek abang ternyata udah gede ya, udah pinter main pacar-pacaran…” Indi tertawa kecil yang diikuti Ardi.

Ika makin semangat menonton dan bertepuk tangan . Sekarang dia sudah memakai kacamata 3D yang lagi-lagi entah darimana dia dapatkan.

Reza yang menyaksikan adegan kasih sayang antar saudara itu pun ikut terharu.

“Gimana abang ga ngasih restu, kalau pengorbanan Reza sebesar itu untukmu?”

Indi menjauhkan dirinya dan mendongak menatap Ardi bergantian ke Reza, “Korban apaan?

Ardi menyeringai dan Reza yakin bukan hal baik yang akan dikatakan sahabat sekaligus calon abang iparnya ini, “Reza bilang…dia mau piara kecoa putih yang ada dirumahmu.”

“Eh, serius?!”

Mampus lo! Dalam hati Ardi tertawa bahagia melihat Reza yang sudah keringat dingin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...