Sabtu, 11 Oktober 2025

06

 Indi berjalan mondar-mandir dikamarnya dengan mulut yang terus mengeluarkan umpatan-umpatan kasar. Tangannya kembali memencet logo hijau bergambar gagang telepon dan mendengar kembali nada sambung yang sama.

Nada sambung dengan nada monoton memaksa otaknya untuk melamun dan ingatannya langsung terlempar kekejadian beberapa jam yang lalu. Di kantor.

"Tidak mungkin!"

Indi masih menatap heran sosok Reza yang memucat dengan ekspresi seperti orang bingung atau lebih tepatnya shock.

Merasakan hembusan dingin AC menerpa kewanitaannya yang sedang terbuka lebar, Indi langsung tersentak sadar dan langsung menarik kedua pahanya menutup.

Dengan panik dia mencari-cari roknya dan menemukan benda malang itu tergeletak pasrah dalam kondisi yang mengenaskan. Indi sangat yakin jika rok kesayangannya itu sudah memasuki masa pensiun dan tidak bisa dipakai lagi.Indi langsung berdiri dan merampas jas Reza yang tergeletak asal disandaran kursinya.

"Tidak mungkin!"

Daritadi kata itu keluar dari mulut Reza. Kenapa pula dia yang shock. Seharusnya Indi lah yang kaget dan marah saat ini.

"Apa sih daritadi- Tidak mungkin. Tidak mungkin!"

Omelnya sambil mengalungkan jas Reza hingga menutupi pahanya yang terbuka.

Celana dalam?

Indi sudah malas memikirkan dimana benda segitiga itu berada.

Reza menatap Indi dengan pandangan yang sulit diartikan. Pria itu mendudukkan dirinya dikursi dan menatap sedih celana bagian depannya yang masih terasa lembab.

"Ini!" tunjuk Reza kearah daerah lembab itu dengan emosi tertahan.

Indi menghela nafas malas, "Itu namanya ejakulasi, Pak. Jika anda lupa."

"Aku tauuuuu....cantiiiikkk!!!" balas Reza gemas

"Tapi baru tiga menit foreplay masa aku sudah 'keluar'. Ini tidak mungkin, Indi! Seharusnya aku bercinta denganmu berjam-jam dan membuatmu mencapai puncak berkali-kali baru aku 'keluar'!" jelas Reza.

Indi membenarkan dalam hati secara sudah berkalikali dia mendengar cerita kepuasan perempuan-perempuan yang berhasil merangkak dengan pasti keatas ranjang Reza. Lama lama Indi tidak tega juga melihat wajah cintanya ini begitu merana. Yang anehnya lagi, Indi mendapati jika junior kebanggaan Reza masih setia menonjol dengan riang gembira. Padahal menurut buku panduan seks yang pernah dia baca entah untuk apa, penis akan kembali kebentuk semula jika sudah mengeluarkan sperma. Penasaran Indi mencoba bertanya.

"Memang tadi Bapak makan apa? Jangan-jangan keracunan, lagi?" tanya Indi asal.

Reza memasang tampang berfikir yang ‘Oh So Cute’. Ingin sekali Indi menerjang dan berbalik memperkosa CEO nya itu. Riding Hard Cocky, kedengarannya begitu menggiurkan, bukan.

Indi berdehem berusaha mengilangkan nafsu birahi yang hampir mengambil alih otaknya. "Gimana, Pak? Inget ga?"

"Aku belum makan dari tadi siang, hanya sarapan saja. Dan aku yakin hal itu tidak berpengaruh apa-apa" jelas Reza

Indi manggut-manggut sok tua dan bijaksana.

"...aku hanya meminta OB untuk membuatkanku secangkir teh..."

Dan kata kata Reza selanjutnya hilang ditelan kegelapan malam. Indi langsung memu cat menyadari sesuatu.

Kakak iparnya adalah biang onar. Selalu berbuat yang tidak lazim. Indi bahkan hampir yakin jika kakaknya terkena pelet hingga mau menikah dengan sahabatnya itu.

Dengan cepat Indi memperbaiki pakaiannya dan mengikat ketat jas Reza dipinggang. Malam ini dia akan pulang naik taksi. Gila aja naik motor malam malam begini, ga pakai celana dalam lagi. Mau 'kering' sampai rumah.

"Saya pamit, Pak. Sudah malam."dan Indi langsung beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari yayangnya.

Padahal Reza dengan senang hati mengantar Indi pulang. Syukur syukur diajak nginap.

Kembali kesaat ini.

"Haloooo..."

"Eh Setan! Lu kasih minuman apa ke gue?!"

"Eh Jablay! Ga usah pake toa juga kale!"

Akhirnya Indi hanya bisa menghela nafas pasrah. Kali ini kau menang bocah setan.

"Ka! Gue mau tanya sama lu. Itu teh yang lu kasih teh apaan? Pasti barang aneh lagi kan! Ngomong lu!" usaha Indi untuk tidak nyolot gagal total.

"O...oh i...itu..."

Jelas sudah. Pasti ada apa-apa. Orang paling nyolot se-Depok ga akan mungkin berubah gugup seperti ini jika tidak ada apa-apa.

"I. K. A!!!" tekan Indi penuh ancaman

"Oke..oke! Gue ketempat lu sekarang. Ga mungkin gue cerita dari telepon, bisa di amuk abang lu!"

"Cepat!" dan Indi mematikan sambungan teleponnya dengan gemas.

Hampir dua jam Indi menunggu, baru saja dia mau menelpon lagi dan mengamuk, terdengar suara ketukan pintu apartemennya. Dengan setengah berlari, Indi mendekat ke pintu dan langsung membukanya. Terpampanglah kini wajah tak merasa punya dosa milik Ika. Perempuan itu malah menambah hiasan cengiran menjijikan di bibirnya. Jika bukan mengingat di depannya ini adalah sahabat sekaligus kakak iparnya, pasti Indi sudah menjambak dan menyeret Ika masuk. Sadis memang.

Dan disinilah sekarang Indi dan Ika. Saling bertatap-tatapan. Sang tersangka menggigiti bibirnya gugup bersiap menerima tampolan legendaris dari sang adik ipar.

"Jadi...."

Ika langsung tersentak mendengar nada dingin di depannya. Mampus gue.

"Waktu dan tempat gue persilahkan buat lu jelasin se-mu-a-nya!" ujar Indi perlahan menambah efek dramatis

"Sory ya, Ndi. Emang lu kenapa sama itu teh?" tanya Ika penasaran

"Ga usah tanya yang ga perlu. Jawab aja pertanyaan gue. Itu teh apa?" desak Indi mulai emosi. Siasat Ika menunda-nunda persidangan tidak akan berhasil.

Dengan malu-malu Ika memutar-mutar ujung rambutnya sok manis.

"Itu, Ndi. Jadi gini, gue sama abang lu kan saling cinta nih trus pake cinta mati kayak lagunya agn..."

"GA USAH PANJANG KALI LEBAR! LANGSUNG AJA, CUCUUUUUR!!!!!"

Keluar sudah panggilan sayang Indi buat sahabatnya ini. Sedangkan Ika sendiri jangan ditanya, sudah memucat kayak Michael Jekson, abang parkir sekolah mereka dulu.

"Oke-oke! Jadi, ini sebenarnya rahasia rumah tangga lho tapi ga apa-apa deh gue kasih tau..." Ika menarik napasnya dalam-dalam dan mulai bercerita.

"Abang lu itu hiperseks, Ndi."

Dan terbelalaklah Indi dengan mulut menganga. Ardi, Abang tampan super gantengnya itu seorang hiperseks.

Ika tersenyum tulus melihat reaksi Indi.

"Ndi, bukannya gue tersiksa lho ya. Gue ga keberatan dengan keadaan abang lu. Gue udah cinta mati sama dia, lagipula dia selalu bercinta dengan sangaaaaat~ lembut. Tapi tetap aja badan gue remuk. Dan sialnya gue itu ibu rumah tangga yang harus bangun paling pagi, nyiapin ini itu, nganter anak sekolah, beresin rumah, masak, paling nyuci dan setrika aja yang ke loundry. Buat cari pembantu aja gue mikir, gimana kalo mereka risih dengan abang lu yang tangannya selalu kelayapan di dada sama selangkangan gue. Untung dia bisa nahan didepan Lila..."

Ika meneguk milk tea botolan yang disuguhi Indi.

"Waktu itu abis nganter Lila gue mampir ke apotek. Mereka nawarin produk yang sangat gue butuhin. Produk yang melindungi para istri dari suami-suami yang hiperseks. Namanya Teh Tsu Chi, teh cina. Kandungannya bikin cowok cepat ejakulasi. Yah gue pake nya dikit aja secara gue juga seneng di'main'in abang lu..." ujarnya sambil terkekeh, mau tidak mau Indi tersenyum lega. Sahabatnya ini bersedia menerima abangnya lahir dan batin. Malah dia berusaha menikmati hidupnya.

"...tapi kalo kebanyakan dan pekat, bisa bahaya. Nanti baru disenggol dikit udah muncrat aja HAHAHAHAHAHHA!"

Dan tawa Ika berderai membahana diseluruh ruangan dan juga kepala Indi.

Tubuhnya membeku. Matanya mulai berkunang-kunang dan rasa panik langsung terdorong dari perut ke jantung, tenggorokan dan memuntahkan jeritan pilu dari mulut Indi. Untunglah mulutnya masih sanggup dia segel.

Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!!

Pak Reza maafkan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...