Sabtu, 11 Oktober 2025

25

Tanpa mereka sadar sudah ada yang senyum-senyum mesum di ruangannya. Pria itu sudah mengambil beberapa foto dari jarak dekat, menengah dan jauh. Pas sekali jika digunakan untuk mengancam adiknya jika macam-macam. Yah, Reza sedang mengintip drama percintaan adiknya dari kaca yang biasa dia gunakan untuk mengawasi kekasihnya.

Awalnya sih tidak sengaja. Dia yang baru masuk ruangan setelah rapat langsung melihat kearah ruangan Indi, dan bukannya mendapati Indi yang sudah datang tapi malah adiknya yang sedang mencium seorang gadis yang tidak lain adalah office girl di kantor ini. Jika ibu mereka tahu bisa-bisa sakit migrainnya kumat.

“Arya, hehehe…ternyata nafsuan juga ya!”

Telepon dimejanya bordering. Reza tidak langsung menerimanya malah sibuk melihat-lihat foto Arya yang dia ambil tadi sambil senyum-senyum. Setelah deringan keempat barulah dia menekan tombol sambungan. “Ya, ada apa?”

“Pak, Anda diminta hadir keruangan Pak Mahendra.” suara Sisca yang sengaja diberat-beratkan agar terdengar seksi langsung terdengar. Dulu suara ini memang membuatnya bergairah tapi sekarang malah terdengar aneh. Apa dia ganti sekertaris saja ya?

“Ya.” Reza hanya membalas pendek dan bergegas.

 

“Pak, ini apa?”

“Jadi begini, Indi..” Pak Joko mengambil alih penjelasan. “Ini adalah Surat Keputusan Dewan Direksi dan sudah ditanda tangani oleh Saya, Pak Mahendra dan Bu Nia.

“Dari lubuk hati terdalam, kami mewakili perusahaan, ingin meminta maaf karena sudah meragukan integritas dan loyalitasmu untuk perusahaan. Seharusnya perusahaan bisa lebih memiliki sistem penilaian kinerja yang lebih baik sehingga semua keputusan menyangkut kinerja baik reward dan punishment bisa lebih jelas dan bertahap. Tidak hanya berasal dari keputusan sepihak dari dewan direksi.”

Pak Mahendra mengangguk menyetujui perkataan Pak Joko dan melanjutkan, “Seharusnya perusahaan memberikan kesempatan pegawai untuk mengajukan keberatan dan mengajukan bukti. Oleh karena itu kami dewan direksi sepakat untuk mengangkat kamu, Indi sebagai Ketua Tim Kepatuhan Internal SDM yang sebelumnya dijabat oleh Pak Joko. Dan tentunya kamu juga akan mendapatkan tambahan tunjangan jabatan.”

Tunjangan jabatan = Uang tambahan.

Hell yeah!, tentu saja dia mau. Siapa juga yang mau nolak rejeki. Anggap saja penebusan dosa setelah mereka memfitnahnya.

Indi tersenyum sopan dan mengangguk. “Siap, Pak. Saya bersedia demi kebaikan perusahaan.” Jawab Indi sedikit menjilat.

Pak Mahendra bertepuk tangan bangga dan Pak Joko tersenyum tulus. “Memang keberadaanmu di perusahaan ini adalah sebuah berkah.

“Oh iya selain itu ada yang ingin saya sampaikan..” Pak Joko teringat tujuan lain memanggil Indi.

“Bulan depan saya akan menikahkan anak saya, jadi saya berharap kamu bersedia menjadi bagian dari penerima tamu. Selain kamu ada juga Ana sekretarisnya Bu Nia dan Sisca sekertarisnya Reza, bagaimana Indi, apa kamu bersedia?” tawar Pak Joko sebelum melanjutkan, “dan sebenarnya istri saya sudah menyiapkan bahan seragam kebaya buat kamu.” Menutup celah penolakan Indi.

Indi yang pintar menangkap sinyal itu. “Tentu saja saya bersedia, Pak.” Enak saja si Sisca jablay itu mau tampil sendiri.

Tok! Tok!

“Masuk!” Pak Mahendra sudah tahu siapa yang datang.

Reza membuka pintu dan langsung menemukan Indi yang duduk di sofa. Cantik sekali kekasihnya ini. Reza tersenyum lebar dan langsung mendudukkan dirinya di sebelah Indi, dekat.

Pak Joko tersenyum geli melirik kearah kakak sepupunya yang menatap malas putranya. Ayah dan Anak benar-benar satu server. Server mesum. Untung saja Nia tidak ada disini, bisa ngomel sampai besok sepupu juteknya itu.

“Kalau begitu saya pamit dulu, masih ada rapat setelah ini. Dan Indi sekali lagi terima kasih.” Pak Joko tersenyum tulus dan langsung beranjak keluar ruangan.

Pak Mahendra menatap Reza yang menatap Indi. Dirinya benar-benar merasa dikacangi. Dasar anak durhaka.

“Reza!”

“Iya!” Reza tersentak kaget, otomatis mengalihkan pandangannya kearah ayahnya.

“Bagaimana kelanjutan kasus Indi? Kau yang bertanggung jawab, kan?

Reza berdehem dan memperbaiki duduknya. “Soal itu sudah diselesaikan. Panji sebagai Kepala Bagian IT sudah memperbaiki data dan sebagai pertanggung jawaban, dia sudah dimutasi.”

Indi menatap horor kearah Reza. Apa-apaan ini siapa yang salah dan siapa yang harus dikorbankan. Kenapa jadi orang lain yang menanggung semua kesalahan. Inikan perbuatan Reza dan Arya.

“Panji sudah dipindahkan ke Kantor Cabang di Semarang. Namun karena kinerjanya yang sangat baik dia dipromosikan sebagai Wakil Kepala Cabang disana.” Reza melanjutkan saat merasakan tatapan laser dari sebelahnya.

“Baguslah kalau sudah selesai. Kalau begitu kalian sudah bisa kembali bekerja. Dan Indi terima kasih karena sudah bersedia kembali ke perusahaan.”

“Sudah seharusnya, Pak.” Indi mengangguk, berdiri dan pamit keluar.

“Reza tunggu!” Pak Mahendra memanggil Reza yang mengekori Indi dari belakang.

Reza menatap kesal ke ayahnya karena menahan. Memandang Indi yang hilang di balik pintu dengan tidak rela.

“Nala akan datang saat acara pernikahan Bima. Ibumu mengundangnya.”

“Apa? Kenapa Ibu tidak bilang apa-apa padaku?!” rahang Reza mengeras.

Pak Mahendra menggeleng pelan, “Ayah juga baru tau saat mendengar Ibumu berbicara dengan Nala ditelpon kemarin.”

“Dan apakah Nala bilang dia akan datang?” Reza memastikan. Baru juga dia dan Indi berbaikan sudah ada masalah lagi saja.

“Kalau melihat antusias ibumu sepertinya dia mendapat kabar baik. Tapi ayah belum memastikan.”

“Semoga saja tidak..” harap Reza. “…kalau begitu aku pamit ke ruangan, Yah.”

“Ya sudah, Ayah hanya mau sampaikan itu.”

Reza kembali keruangannya dengan muka masam. Kenapa Ibu dan Nala tidak bilang apa-apa padanya. Bagaimana kalau Nala berulah dan membuat Indi kembali menjauh. Semoga saja semua berjalan lancar sesuai rencananya.

Melihat pintu berwarna putih sedikit terbuka di depan membuat mood Reza kembali naik. Berjalan dengan tenang mendekati meja seorang pemuda yang fokusnya tak pernah lepas dari layar komputer.

“Eka, Sampaikan ke Bu Indi saya memanggilnya ke ruangan.”

“Baik, Pak. Akan saya sampaikan.”

Reza berbalik kembali ke ruangannya dengan senandung kecil. Eka yang mendengar hanya diam saja tidak perduli. Pria ‘robot’ itu berjalan tenang menuju ruangan Indi.

 

Greb!

Belum juga pintu tertutup sempurna, Reza sudah menarik Indi dalam pelukannya. Reza langsung menyambar dan melumat bibir Indi. Indi yang diserang tiba-tiba langsung mendorong tubuh Reza. Bukannya dia menolak tapi sebelum dicium tadi dia baru saja bernafas mengosongkan udara dari paru-parunya. Dan sekarang rasanya sesak seperti tercekik.

“Hah…hah! Mati aku!” Indi terengah-engah. Sedangkan pelaku hanya cengar cengir didepannya.

“Kangen…”.

“Kangen ya kangen aja, ga usah sampe ngebunuh juga!” Indi yang kesal sudah melupakan posisi CEO kekasihnya. Hilang sudah kesopanan terhadap atasan, padahal mereka masih di kantor.

Reza terkekeh geli. Niat romantis tapi malah diomelin. “Kan romantis, Yang. Diserang tiba-tiba kayak di drama korea atau webtoon, gitu.”

“Hah, tumben pake Yang?! Sayang, Peyang atau Kayang?” Indi protes tapi tangannya membalas pelukan Reza.

“Kuyang.”

Indi tertawa sambil memukul pelan dada Reza. Sok imut. “Dasar!”

Reza memeluk Indi sambil bergoyang pelan. Mereka menikmati kebersamaan ini. Reza rindu pada Indi dan begitu juga sebaliknya. Namun itu berlaku hanya beberapa detik dan sekarang tangan pria itu sudah bergeser turun kebawah. Tangan yang tadi dipinggang Indi sekarang menangkup dan meremas pantat Indi, menekannya sampai menempel rapat kekejantanannya yang sudah mulai mengeras.

“Aah..” Indi mendesah, rasa geli yang menggoda menjalar dari perut sampai pahanya.

Reza menempelkan samar bibirnya diatas bibir Indi, lidahnya membelai bibir bagian Indi yang terbuka, menarik sedikit dengan giginya. Matanya menatap Indi melihat reaksi gadis itu. Indi menatapnya lurus namun sayu, membuat Reza terbakar. Pria itu menggeram dan melumat bibir Indi dalam. Dan nakalnya pinggul Indi malah bergerak-gerak menantang.

“Indi…” Reza mendongak sedikit keatas menikmati rayuan Indi di bawah sana. Melihat jakun Reza yang bergerak gelisah karena pria itu terus menelan ludah menahan gairah membuat Indi gemas. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan bagus ini. Leher yang selama ini hanya bisa dia lihat dari foto stalkingnya kini ada didepan mata, menunggu dijamah.

“Mmm…” Indi menjilat dan menciumi leher Reza, membuat pria itu sedikit kaget namun tidak menahan. Reza menikmati ini. Sangat.

“Indi…di sofa..”

Indi terpekik saat tubuhnya tiba-tiba terangkat dan Reza membawanya ke sofa. Reza langsung merebahkan Indi dan menarik cepat celana dalam gadis itu.

“Eh…celanaku?”

“Pas sekali hari ini kau pakai rok.” Reza menjilat bibirnya.

Dan hal itu pun terjadi, tepatnya terulang kembali. Reza yang sudah lama menahan, membelai Indi dibawah sana dengan lidahnya. Indi menutup mulutnya agar tidak berteriak dan didengar orang diluar sana.

“Oh, ya ampun…Reza…aahh…”

Reza terus memanjakan Indi dengan lidahnya, berputar, menekan, begitu gemasnya meremas bongkahan pantat Indi sampai terangkat keatas. Reza terus menikmatinya, menikmati cairan cinta Indi. Akhirnya dia bisa merasakannya lagi.

“Indi, kau sangat…enak..Akh! aku sudah tidak tahan!” Reza melepas ikat pinggangnya, menurunkan semua batasan.

“Oh, ini nikmat sekali…” Reza menggesekkan kejantanannya yang masih terhalang boxer tepat diatas surga dunia Indi. Versi kecil mereka terus bercengkerama intim hingga Indi pun ikut menggoyangkan pinggulnya menjemput klimaks itu. Dan mereka menggeram bersamaan. Reza ambruk diatas Indi dan wajahnya terbenam dibahu gadis itu. Sedang Indi mengatur nafasnya sambil menatap langit-langit ruangan menikmati turunnya sisa-sisa ledakan itu.

“Kita sudah gila…”Indi terkekeh dan Reza pun sama. “…bagaimana kalau ada yang datang.”

“Untungnya tidak.” Reza mengecup kening Indi sebelum beranjak dan membantu gadis itu berdiri.

Reza mengambil celana dalam Indi dan menyimpannya disaku. “Untukku.”

“Dasar mesum!”

Pria itu menatap penampilan Indi yang ‘Oh sangat seksi sekali’. Sebelum dia ‘bangun’ lagi dan itu berbahaya karena mereka masih berada dikantor. Reza membantu Indi merapikan pakaian. Tepatnya meraba-raba bagian tertentu.

“Hentikan. Sudah sana ganti celana!” Indi mengusir Reza sambil tertawa geli. Dan pria itu mencium pipi Indi ringan sebelum beranjak ke kamarnya yang ada disamping ruangan kerja. Ngomong-ngomong Indi belum pernah masuk kesana. Seperti apa dalamnya?

Indi yang merasa sudah rapi pun pergi keluar tanpa memberitahu Reza. Dia tidak nyaman dengan penampilannya yang tidak bercelana dalam dan becek dibawah sana.

Begitu sampai diruangan Indi baru ingat dia lupa menanyakan kenapa Panji yang dijadikan tumbal. Padahal yang salah kan Reza dan Arya. Tapi yah, bagus juga buat karir Panji sih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...