Sabtu, 11 Oktober 2025

08_MHB



“Mogok?”

Dash melihat kebelakang dan mendongak karena posisinya saat ini sedang berjongkok. Keningnya menyerngit. Ngapain pangeran ini kesini lagi? apa dia bawa motor juga? Seingat Dash, sendok emas ini selalu diantar jemput dengan mobil mewah.

“Cuma ngecek ban, Kak. Kayaknya kurang angin.” Dash berdiri dan menepuk debu ditangannya.

“Tapi masih bisa dibawa jalan ga, motornya?”

Dash melirik kearah motornya sebentar dan pikiran kotornya mulai beraksi. Masih Ingat kan jika Dash suka dengan wajah tampan. Dan kakak seniornya ini memiliki wajah diatas rata-rata makanya dia disebut pangeran sekolah selain karena tajir tentunya.

“Mm…masih sih kak, tapi harus pelan-pelan karena kurang nyaman dibawa.”

Si pangeran terlihat berfikir dan langsung menyarankan sesuatu yang sama dengan harapan Dash saat ini.

“Mau aku anterin ga? Aku juga lagi bawa motor…tuh!”

Dash melihat motor sport berwarna hitam tidak jauh dari mereka. Seketika air liurnya hampir menetes. Apa Papa gantengnya mau beliin ya jika dia minta.

“Ga usah repot-repot, kak. Saya bisa naik Tj kok. Eh…tapi bawa e-money ga ya?” Dash pura-pura mengecek tasnya, dan menemukan dua e-money disana.

“Waduh ga ada!” Dash terlihat mengacak-acak lagi tasnya.

Si pangeran tersenyum maklum. “Udah ikut aku aja, yuk! Nanti kamu arahin aja, ok! Ngomong-ngomong kita belum kenalan ya? Terakhir kurang nyaman kenalannya.”

Ya iyalah orang kenalan sambil ngebuli, gimana mau nyaman, Bang!

“Oh iya kak, kenalin saya Desember…panggil aja Dash, kayak yang lain!”

“Wah! Nama kamu unik banget ya, pasti lahirnya bulan Desember?”

“Ya iyalah, Kak. Masa bulan Agustus, yang ada nama saya jadi Dirgahayu!”

Pangeran terkekeh dan suaranya bikin kuping Dash terasa seperti dibelai. “Kamu lucu juga ya, kenalin saya Mario, panggil aja Rio.”

Dash tersenyum canggung. “Iya kak udah tau. Kakak kan terkenal di sekolah kita.”

“Sebenarnya kamu juga terkenal lho, Dash!” Mario mengedipkan sebelah matanya ke Dash.

“Iya karena nama saya kan?” tebak Dash maklum.

Kepala Mario menggeleng tidak setuju. “Bukan cuma karena itu tapi kamu salah satu junior incaran kakak kelas, lho!”

“Ah yang bo’ong, Kak?!”

Mario lagi-lagi dibuat tertawa oleh Dash. “Iya bener, masa aku bohong. Udah yuk jalan, takut hujan udah gelap gini.”

Dan memang benar, langit sudah mulai menggelap padahal ini masih jam tiga sore. Tuh kan, mana ada hubungan bulan sama musim hujan, ini aja bulan Mei.

“Numpang ya, Kak!” basa-basi Dash sambil mendudukkan pantatnya diboncengan motor.

“Hm, pegangan, ntar jatuh!” Mario menarik satu tangan Dash untuk memeluk pinggangnya. Dan agar adil dan tidak ada kecemburuan, tangan Dash yang lain pun ikut memeluk pinggang Mario. Modus terlaksana dengan baik.



Motor Mario berjalan mengikuti arahan Dash. Seru juga nyuruh-nyuruh orang seperti ini. Rumah Dash ditempuh hanya dalam setengah jam. Sebenarnya dari jarak, rumah Dash cukup jauh namun Mario membawa motornya dengan kecepatan yang bisa membuat wig bencong copot seketika.

Mereka sampai bertepatan dengan gerimis yang mulai turun setitik demi setitik.

“Mau mampir dulu ga kak? Takut tiba-tiba deras.” Dash menengadahkan telapak tangannya keatas sambil melihat kelangit.

Mario juga ikut melihat keatas, dia membuka tutup helmnya. “Aman, aku bawa jas hujan kok dalam tas.”

“Yang kayak kresek?” Dash penasaran, tas Mario terlihat cukup kecil. Buku sekolah aja udah banyak.

“Hahaha! Bukan…adalah pokoknya. Udah kamu masuk sana, ntar sakit kena hujan!”

“Okey, makasih ya kak tumpangannya!” Dash tersenyum dan berbalik berjalan kearah pagar rumahnya. Sekali lagi dia berbalik kearah Mario dan melambaikan tangan. Mario membalas dengan mengangkat satu tangan, senyumnya terukir dibalik helm.

Setelah melihat Dash masuk, Mario langsung menyalakan mesin motornya dan berjalan perlahan menembus gerimis.





Begitu masuk rumah, Okta langsung melambaikan tangan mengikuti gerakan Dash diluar tadi. Bibirnya sudah tersenyum lebar penuh arti.

“Ga usah cari masalah, deh! Baru pulang nih!” Dash melepas sepatunya dan ingin melemparkan kearah Okta namun mamanya tiba-tiba datang.

“Tadi diantar siapa, dek?”

Dash menggigit bibirnya. Jika mamanya tau sudah pasti papanya juga. Benarkan, sekarang terlihat papanya mendekati mereka dengan senyum yang sama seperti Okta. Karena tadi tidak membuka helm maka kedua orangtuanya tidak bisa melihat wajah Mario tapi Okta pasti tahu motor besar hitam itu punya siapa.

“Yang anter Dash itu si…”

Bug!

Sepatu Dash tepat mendarat dimuka Okta, da meninggalkan bekas hitam saat sepatu itu jatuh.

“Akh…sakiiit! Sialan, Dash!”

“Makanya ga usah lemes, dari kemaren mulut kayak ember bocor ya!”

Karena sudah biasa Tomi dan Kirana mengabaikan interaksi akrab kedua saudara itu dan memilih berjalan kearah dapur. Mendung-mendung gini perut pasti lapar, jadi Kirana berniat membuat roti bakar untuk keluarganya, dan Tomi selalu setia membantu sang istri.

“Oh iya, Kak Nove dimana, Ma. Kok belum keliatan?” Okta bertanya sambil mengusap-usap hidungnya yang masih ngilu.

“Lagi ada tugas keluar kota. Besok pagi juga pulang, tapi langsung ke kampus katanya.” “Ooh!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...