Sabtu, 11 Oktober 2025
07_MHB
Nove melihat-lihat brosur ditangannya. Alisnya berkerut seperti berusaha mengingat sesuatu. Kemarin apa yah pilihan’nya’? Kenapa dia lupa.
“Ah, iya itu. Kenapa bisa lupa!”
Nove langsung mengambil brosur yang benar dan mulai menuliskan data diri. Saat ini Nove sedang memilih UKM yang cocok dengan minatnya. Dan tentunya dia tidak boleh salah pilih.
“Noveeeee! Lagi ngapain?”
Rombongan gadis-gadis langsung mendekatinya yang sedang duduk sendiri dibawah pohon rindang. Nove memejamkan matanya, kepalanya menengadah ke langit. Tidak bisakah gadis-gadis ini memberikannya waktu istirahat.
Nove memasang senyum karirnya, “Lagi isi brosur UKM.”
“Lho emang ga dapat link g-form nya?” salah satu gadis duduk disebelah Nove. Rapat tanpa sela.
Nove menggeser duduknya sedikit. “Ga, kak. Kelewat mungkin.”
Mata Nove menemukan sosok gadis yang berjalan masuk ke gedung kampus dan dibelakangnya seorang pria berjalan cepat seperti sedang mengejar.
“Kak, saya permisi dulu ya, mau ngantar brosur!”
Nove langsung bergerak cepat mengabaikan suara protes dibelakangnya. Dia sedikit berbalik untuk melempar senyum manis guna menjaga popularitas. Akibatnya suara teriakan histeris memenuhi taman kampus siang itu.
Nove berlari kecil mengikuti arah kemana dua orang yang dia amati tadi pergi. Nove bisa menebak pasti mereka saat ini sedang berada ditempat yang sepi dan jarang dilewati orang. Jika didekat sini maka gudang penyimpanan UKM volley adalah jawabannya. Nove berjalan santai dan tersenyum puas saat mendengar suara berbisik dibalik tembok. Dugaannya tepat.
“Lo tunangan gue, Mel. Jadi gue berhak nikmatin tubuh lo sekarang!”
Nove memilih untuk sedikit memanjat keatas agar bisa menyaksikan drama pertengkarang kekasih ini dari atas. Mirip-mirip tiket VIP lah.
Sesampainya disatu balkon tak terpakai dan lumayan berdebu, Nove bersender dan melihat kebawah. Dari atas dia dapat melihat jelas dua kepala manusia yang sedang berdebat.
Yang laki-laki seperti sedang menahan mupengnya dan yang perempuan sudah mau menangis karena ketakutan.
“Jangan Al. aku ga mau kalau belum ada ikatan pernikahan…hiks..”
PLAK!
Nove kembali meringis. Kenapa adegannya diulang lagi. Wah, penonton kecewa nih.
Pria yang dipanggil Al itu kembali menampar tunangannya. Namun kali ini sepertinya ada sedikit perlawanan, perempuan itu mendorong tubuhnya dengan keras sampai si pria mundur beberapa langkah. Dalam hati Nove bertepuk tangan, akhirnya drama ini ada kemajuan.
“Jangan sakiti aku lagi, Al…atau aku akan mengadukanmu pada…”
“Ayahmu?” pria itu memotong dan tertawa keras.
“Dia bahkan tidak perduli padamu, Melani. Dia hanya ingin menambah keuntungan dengan menjodohkan kita. Kamu itu cuma anak haram yang dijadikan tumbal, dan ayahmu bahkan tau jika nantinya kamu bukan jadi istriku satu-satunya!”
Gadis yang terisak itu sepertinya tidak terkejut lagi. Seolah sudah tahu dimana posisinya dalam keluarga. Yah, benar apa kata tunangannya. Dia sudah dijual ayahnya sendiri kepada pria ini dan tidak punya hak untuk menolak.
Al kembali mendekati Melani dengan seringai diwajahnya. “Sudahlah terima saja nasibmu dan kita bisa bersenang-senang.”
Tangan pria itu ingin kembali merengkuh pinggang Melani dalam pelukannya. Kenyataan tentang perlakuan ayahnya sudah membuat mental Melani yang berusaha dia bangun pun hancur kembali dalam hitungan detik. Gadis itu kini sudah pasrah.
“Heh bang, emang modelan kayak lo bisa bikin cewek senang?”
Kedua kepala itu sama-sama tersentak dan langsung melihat keatas. Seringai Nove semakin melebar saat melihat ekspresi yang berbeda dibawahnya. Melani terlihat kaget dan Al…marah, mungkin?
“Siapa lo? Oh! Gue tau…lo ‘idol-idol’-an dikampus ini kan? cewek-cewek gue sibuk banget bahas lo!”
Al mengatakan dengan santai jika dia memiliki wanita lain tanpa mau repot memikirkan perasaan Melani.
Nove langsung melompat kebawah karena memang jaraknya tidak terlalu jauh. Kini dia berdiri didepan kedua pasang kekasih itu.
“Mending sekarang lo pergi, dan anggap aja ga liat apa-apa, maka kehidupan kuliah lo bakal aman.” Al sok bijak memberikan ceramah singkat.
Mendengar itu Nove malah terkekeh dan membuat Al menyerngit tidak suka. “Tadinya mau gitu tapi…kok gue ga sreg ya liat ada cowok berani mukul cewek.” mata Nove mengunci mata Melani yang memerah menahan tangis.
Al terkekeh pelan. “Lo mau jadi pahlawan kesiangan, perempuan ini cewek gue jadi mending lo ga usah ikut campur dan pe…”
“Bacot!” Nove mengorek kupingnya santai.
Rahang Al mengeras. Dengan cepat dia mendekati Nove namun tangannya ditahan Melani. “Al udah jangan, aku ikut kamu kali ini, ya! Nove kamu balik aja kedalam ya?”
Tangan Melani ditepi kasar dan Al,
Brak!
Mondorong tubuh kecilnya sampai tersungkur ketanah dan menabrak tumpukan kardus bekas.
Kepalan tangan Nove mengeras, namun ini belum saatnya…sabar.
Melihat Melani kesakitan, Al berdecak kasar dan menendang sebuah kerikil kearah Melani, untung saja batu kecil itu terlempar kearah yang berbeda.
“Awas lo ya!”
Al pergi dari sana dengan tumpukan kesal kepada dua orang dibelakangnya.
Nove mendekati Melani dan berusaha membantu gadis itu berdiri namun tangannya ditepis.
“Ga usah ikut campur! Bantuanmu ga dibutuhin!”
Melani mengibas dan membersihkan debu kotor dicelananya, mengabaikan kehadiran Nove.
Nove tertawa geli dan membuat kening Melani menyerngit bingung.
“Kamu ga usah khawatirin aku, si Al Al itu ga akan menang lawan aku, okey!”
Melani terlihat gelagapan, “Aku ga…”
“Hust…udah aku antarin kamu ke klinik kampus, kakimu berdarah tuh!”
Melani melihat ke celana bagian betisnya yang sudah memerah. Sejak kapan dia terluka.
“Ga perlu, aku bis..”
Nove menggeleng pelan. “Ga percaya. Ya ada kamu bakal cuci lukanya doang dan tetap kuliah seperti ga ada luka sama sekali. Kamu milih aku antar atau aku gendong?”
Wajah Melani memerah malu. “Diantar aja!” Dan mereka berjalan beriringan dengan Nove yang terus tersenyum lebar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Novel Unggulan
01_Janda Labil
Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...
-
Dia yang hanya menggunakan instingnya, menebak kemana Hana pergi setelah sampai ke Jakarta tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Bahkan...
-
“Oh, begitu ya. Padahal mereka berdua terutama Hana sudah sangat membantu di Panti Asuhan. Anak-anak disana juga sudah lengket banget dengan...
-
“Hana, kamu dimana , nak. Kok udah gelap masih belum balik?” Suara khawatir Bibi Yi terdengar dari seberang sana membuat Hana menggigit bibi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar