“Mmm…shh…Reza…”
Reza menekan
Indi kedinding dan menciumnya dalam. Tangannya sudah masuk kedalam bra Indi dan
meremas bukit lembut itu dengan gemas.
“Kekamar..”
Reza menggendong
Indi dan kaki gadis itu melingkari pinggang Reza dan tekanannya membuat pria
itu menggeram menahan hasrat liarnya.
Reza membuka
pintu kamar pribadi diruangan kerjanya yang selama ini membuat Indi penasaran.
Akhirnya dia masuk juga kesini dan status mereka sekarang sudah tidak perlu
memikirkan pandangan orang lagi. Sudah bebas.
Reza merebahkan
Indi dikasur dan langsung menanggalkan kemejanya. Indi dengan cepat membuka
blousenya juga dan kini hanya memakai bra. Indi hanya mengikuti instingnya saat
membiarkan Reza langsung mengangkat branya tanpa melepas kaitan sampai kedua
payudara Indi terbebaskan.
“Cantik…”
Reza mengulum
salah satu puncak yang menantang itu dan meremas puncak lainnya.
“Ahh…” Indi
menyukai sensasi ini. Sensasi saat tubuhnya dicintai. Sensasi saat jiwanya
dicintai. Sensasi saat dipuja oleh ciuman kekasihnya.
Tok! Tok!
“Za!”
“Di!”
“Kalian masih
tunangan belum nikah!” Suara malas Ardi terdengar dari luar pintu.
“Sialan, padahal
udah diujung!” Reza mengeluh menyimpan wajahnya dirambut Indi yang tergerai
diatas bantal.
Indi terkekeh
pelan, “Keluar yuk, ntar diamuk, lho!”
“Za! Abangmu
lapar nih, beliin makanan!”
Reza berdiri
dengan lunglai dan kembali memakai kemejanya, “Kenapa sih orang ini jadi sering
datang ke kantor…”
Indi ikut
berdiri dan merapikan penampilannya.
Ardi menatap
pintu yang terbuka pelan dengan alis tertekuk.
“Bang…” Indi
nyengir dan nyelonong keluar malu-malu.
Sedangkan Reza
dibelakangnya mengekori dengan wajah frustasi. Ardi senang sekali mengganggu
sahabat sekaligus adik iparnya ini. Kalau diingat-ingat keadaanya saat ini sama
dengan Indi dan Ika. Sahabat jadi ipar.
“Ngopi yuk!”
“Dimana?”
“Daerah puncak,
enak kopinya. Langsung digiling ditempat.” Jelas Ardi.
“Serius, enak
tuh!”
Indi
senyum-senyum melihat interaksi dua pria yang disayanginya.
“Ajak Arya juga
sekalian, biar ga pacaran mulu.”
“Sip.”
“Ya udah aku
balik keruangan dulu ya, kerjaan udah numpuk.” Indi mendekati Reza dan mencium
ringan bibir tunangannya. Sedangkan Ardi yang melihat itu menyerngit. Akhirnya
dia merasakan rasa jijik indi selama Indi jika melihat dia bermesraan dengan
Ika.
Indi mendekati
Ardi dan ingin mencium pipi abangnya tapi Ardi menahan bahunya, dengan cepat
pria itu mengambil tisu dan mengelap bibir Indi baru memberikan pipinya untuk
dicium Indi.
Reza dan Ardi
pun beranjak keluar ruangan. Reza melempar ciuman jauh dan Ardi harus menarik
kerah bajunya agar mereka segera pergi. Maklum lagi mabuk cinta.
“Ya udah jalan
sana, have fun ya! Bawain oleh-oleh!
Indi tersenyum
menatap kepergian keduanya. Hatinya luar biasa bahagia. Bersyukur pada Tuhan
yang memberikannya anugrah yang begitu Indah. Anugrah yang tak ternilai
harganya. Anugrah karena dicintai oleh orang yang kita cintai.
Beberapa bulan
kemudian,
“Yang, ini apa?”
“Eh, jangan
dibuka!!”
Klang!
Terlambat, Reza sudah membuka kaleng itu. Matanya membola tak percaya. “Kamu
stalking aku, Yang?!”
Indi menutup
wajahnya yang sudah memerah. Bagaimana dia bisa melupakan koleksi gilanya itu
dan masih berada dibawah tempat tidur.
“Ya, ampun,Yang.
Ini kapan ngambilnya?”
“Udah sini
balikin!”
Reza mengangkat
kotak kaleng itu tinggi dan tertawa bahagia. Ternyata sudah selama itu Indi
menyukainya. Kok ga jujur aja sih.
“Reza, balikin!”
“Ih ayangnya
Reza ternyata nakal banget ya…hahaha!”
Tawa Reza
semakin lepas saat melihat fotonya hanya memakai handuk. “Ini kapan
ngambilnya?”
Indi kembali
menutup wajahnya, dia malu luar biasa. Sedangkan Reza masih belum puas
membongkar aibnya.
“Itu waktu aku
anter dokumen, waktu Pak Mahendra sakit, trus lihat kamu baru abis berenang…”
suara Indi mencicit.
Reza tertawa
lagi sambil memeluk erat Indi, “Jujur aku kaget, Yang. Tapi hobi kamu aman kok.
Halal jadi stalker suami sendiri.”
“Jadi makin
cinta, deh sama istri.”
Indi menurunkan
tangannya dan mengangkat wajahnya memandang Reza, “Kamu ga marah? Ga ngerasa
aku aneh?”
“Enggak, malah
seneng dicintai segitunya sama istri sendiri.” Reza tersenyum manis dan
menulari Indi. Malu-malu Indi juga tersenyum.
“Lagian kalau
tau kamu ambil gambarku, kan handuknya bisa aku lepas…”
“Rezaaaa!!!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar