Jumat, 17 Oktober 2025

10_Love



"Mba Hana...minta menunya dong!"

"Mba Hana...pesan teh manis dong!"

"Mba Hana...pesan mba yang manis dong...hahaha.."

"Mba Hana...godain kita dong!"

Hana berjalan cepat kearah para pelanggan tetap yang selalu menggodanya. Para pelanggan yang belakangan ini telah mencuri seluruh perhatiannya dan membuatnya melupakan sejenak semua masalah yang tengah dia alami.

Hana terkekeh pelan saat dirinya sudah berada tepat didepan gerombolan remaja putih abu-abu yang berkelamin jantan.

"Mba Hana makin cakep aja deh..." seru salah seorang diantara para bocah puber itu.

"Kali ini jangan pake hutang yah. Jajan kalian terlalu banyak...seharusnya pulang sekolah jangan nongkrong disini tapi belajar dirumah!" Hana berpura-pura marah namun sayang wajah cemberutnya hanya membuat keimutannya semakin terpancar keluar.

"UNYUUUUU....!!!!" seru para remaja itu serentak.

Hana langsung kelabakan saat tingkah bocah-bocah nakal itu menarik perhatian setengah pengunjung warung bakmi milik Bibi Yi.

"Ssssttt!!! Kalian jangan berisik!" Hana dengan cepat menutup mulut pemuda terdekat dengan serbet ditangannya.

"Kalian iniii...."

Sontak keenam pemuda yang tadinya masih cengengesan langsung terdiam dengan muka pucat saat mendengar suara penuh amarah Bibi Yi yang perlahan mendekat.

"Sudah tukang ngutang, berisik pula sekarang malah berani godain Hana. Seharusnya anak sekolah seperti kalian jam segini sudah duduk manis belajar dirumah. Bukannya malah godain Hana. Kalian sadar kan kalo Hana jauh lebih tua dari kalian. Sopanlah sedikit!" cecar Bibi Yi yang langsung membuat para daun muda itu mengkerut.

Namun bukan Jali namanya jika tidak membantah perkataan Bibi Yi. "Kami kan jenius, Bi. Jadi ga apa-apa lah ga belajar dirumah..."

"YOHAAAA...." seru temannya mendukung.

Pletak!

"Aduuuh..." jitakan Bibi Yi sukses mencium kepala pelontos si Jali.

"Bantah sekali lagi! Bibi buat bolong kepalamu itu!"

"YOHAAAA..." seru rekan Jali mendukung Bibi Yi dan mengkhianati teman mereka sendiri. Jali hanya bisa meringis dan melemparkan tatapan kesal pada kumpulan kelompok bodohnya itu. "Awas kalian!"

Lagi lagi Hana tertawa melihat tingkah anak-anak nakal ini.
Melihat tawa itu sungguh Bibi Yi tidak menyesal mengajak Hana bekerja diwarung bakminya dan tanpa direncana bertemu dengan genk bodoh ini. Jika mereka tidak ada, mungkin Hana masih akan murung hingga sekarang.

"Mba Hanaaaa....tatiiiit~" suara manja Jali sukses membuat muntah rekan-rekannya.

Dasar Hana yang memang dari sananya baik hati, mengusap kepala botak Jali dengan lembut. Perlakuan itu langsung saja meneriakkan demo protes tingkat tinggi dari teman-teman genk si Jali. Dan lagi-lagi Bibi Yi kembali berteriak menyuruh mereka diam.

Setelah bocah-bocah itu berhasil diusir dengan jurus sapu halilintarnya Bibi Yi akhirnya mereka bisa mendesah lega.

Bagaimana tidak jika dalam seminggu penuh mulai jam 4 sore sampai jam 7 malam hidupmu akan selalu digentayangi oleh setan-setan puber itu.

Semenjak Hana bekerja disini, pelanggan warung Bibi Yi selalu ramai. Selain memang karena lezatnya bakmi Bibi Yi, keramahan Hana yang tulus sangat menarik perhatian orang-orang disekitar mereka. Bahkan Hana belajar membuat kue dari buku-buku resep yang ada diwarung dan menjadikan para pelanggan sebagai kelinci percobaannya. Yang sejauh ini selalu menuai pujian.

"Istirahatlah Hana...kau pasti sudah lelah."

Hana tersenyum manis dan mulai mengumpuli mangkuk-mangkuk kotor dari atas meja.

Pikiran Hana kembali mengembara ke sepekan yang lalu. Sejak Hana pulang dari kampus untuk yang terakhir kali, gadis itu hanya mengurung diri didalam rumah. Bibi Yi yang begitu khawatir langsung mendobrak pintu dan menyeret Hana kembali menjemput semangatnya.

Awalnya Hana ragu-ragu menerima tawaran bekerja sebagai pelayan diwarung bakmi Bibi Yi tapi jika terus berdiam diri, sendiri tanpa kesibukan lama-lama Hana bisa gila. Gila karena ingatan-ingatan tentang kemalangannya akan terus berputar-putar bagai sebuah film dikepalanya.

Dan Hana bersyukur memilih keputusan yang tepat. Dia sama sekali tidak menyesal. Apalagi setelah bertemu Jali dan genknya. Remaja-remaja nakal itu telah berhasil membuat Hana kembali tertawa lepas.

Setelah yakin seluruh meja bersih dari mangkuk kotor, Hana beranjak kedapur.

"Letakkan saja di dekat ember besar itu Hana. Besok saja kita cuci."

"Baik, Bi." jujur, tubuh Hana saat ini sudah sangat lelah. Apa pikiran yang kalut membuatnya jadi gampang lelah.

Dan benar saja. Pandangan Hana tiba-tiba memutih dan dadanya terasa sesak.

Bruk!

"Astaga! Apa itu?!" Bibi Yi dengan cepat berlari kearah asal suara yang barusan mengagetkannya. Dan jantungnya berdebar kencang saat melihat Hana yang sudah ambruk dikelilingi mangkuk-mangkuk kotor yang menumpahkan seluruh isi didalamnya kelantai.

"Hana! Kau kenapa?" Bibi Yi langsung mendekat dan ikut berlutut disebelah gadis itu. Tangannya mengusap punggung Hana dengan cepat.

"A...aku tidak apa-apa, Bi. Hanya pusing sedikit..." Hana memejamkan matanya rapat. Kepalanya masih berputar-putar. Begitu memabukkan dan membuat perutnya mual.

"Tidak apa-apa katamu! Wajahmu seputih kertas Hana! Oh Tuhan..." Bibi Yi mengusap peluh Hana yang memenuhi keningnya. Dengan cepat dia melingkarkan tangan Hana dipundaknya dan membantu gadis itu berdiri.

Namun baru juga beranjak sedikit, tubuh Hana seketika limbung dan membuat keduanya kembali jatuh bersimpuh.

"Hana! Astaga!" pekik Bibi Yi saat menyadari jika gadis disebelahnya sudah tidak sadarkan diri.

........................................



Tanpa mau repot-repot mengetuk pintu, Valdie langsung menerobos masuk kedalam ruangan kerja sahabatnya.

Aryo yang memang sudah terbiasa dengan tingkah seenak jidat Valdie hanya melirik sekilas dan kembali tenggelam dalam pekerjaannya.

"Mana Sena?" tanya Valdie sambil lalu setelah mendudukkan dirinya dikursi, depan Aryo.

"Gue pecat." jawab Aryo datar.

"Dipecat..." Valdie terkekeh sebelum melanjutkan, "Kenapa? Lo dah bosan?"

"Hah!" Aryo melepas kacamatanya dan menyenderkan tubuh disandaran kursi.

"Perempuan itu terlalu banyak ber-improvisasi yang tidak penting." lanjut Aryo.

Kening Valdie menyerngit bingung. "Maksudnya?"

"Sena menyebarkan foto-foto itu dikampus Hana. Alhasil si parasit itu dikeluarkan."

Mata Valdie langsung membola dan tak lama tawanya pecah. "Hahahaha! Pasti memalukan sekali! Tunggu? Bukannya itu malah bagus. Dia tidak bisa memonopoli kekayaan keluarga lo lagi kan?"

Aryo mendesah berat. "Iya sih. Tapi kok gue ngerasa agak ga enak yah. Itu sama saja dengan menghancurkan masa depannya kan?"

"Ar, kita...memang sudah menghancurkan masa depannya. Jadi nambah satu lagi gue rasa ga masalah. Sudahlah, abaikan saja."

"Lo benar. Lalu ada urusan apa kesini?"

"Kangen."

Pletak!

"Aaw! Kejam banget sih, Mas!" bolpoin yang tadinya berada digenggaman Aryo langsung meluncur manis tepat kejidat Valdie.

"Jijik gue! Kalo cuma mau ganggu mending lo pergi deh. Gue sibuk!" Aryo mengibaskan tangan, mengusir.

"Ck! Iya iya. Serius banget sih jadi manusia. Gue mau ngajak lo pesta malam ini. Sepuasnya!"

"Sepuasnya?" tanya Aryo.

"Yap! Full Music, Alcohol, Girls and Sex..."ucap Valdie dengan seringai yang mengembang.

"...gue udah atur semuanya. Lo tinggal bawa badan dan penis lo kesana." lanjut Valdie.

"Sialan!" namun tak pelak seringai yang sama tercipta diwajah Aryo.

Perlahan wajah-wajah nakal itu memudar dan berganti keseriusan. "Apa ini acara perpisahan?" tanya Aryo melempar pandangannya ke kota dibalik jendela kaca.

"Hm. Besok siang gue udah harus nyusul bokap ke Inggris. Dan mungkin bisa 2-3 tahun disana."

Aryo menganggukkan kepalanya samar. "Akhirnya aku terbebas darimu. Syukurlah."

"Sialan!"

Dengan sigap Aryo menangkap bolpoin miliknya tadi yang dilempar balik.

Namun gerakannya malah membuat ponselnya bergeser dan terjatuh kebawah.

Prak!

Suara benda jatuh itu langsung menarik atensi kedua pemuda tampan itu. Dengan detik yang hampir bersamaan mata mereka membesar kaget karena entah bagaimana ponsel Aryo yang jatuh tadi menampilkan salah satu gambar kebrutalan mereka pada seorang gadis bernama Hana.

"Lo masih nyimpen?!" tanya Valdie tidak percaya sambil memungut ponsel Aryo.

Dan Aryo langsung merampas ponselnya dengan ekspresi yang tidak terbaca. "Bukan urusan lo!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...