Sabtu, 11 Oktober 2025

04_MHB

Nove menyugar rambutnya yang setengah basah karena habis mencuci muka. Segarnya air membuat rasa kantuknya sedikit berkurang. Dia mengamati wajahnya dari pantulan cermin. Syukurlah dirinya diberkahi dengan wajah yang cukup mengguncang kewarasan perempuan. Walaupun diawal namanya selalu jadi bahan ledekan namun detik berikutnya mereka malah terpana dengan penampilannya. Bahkan hari ini Nove hanya menghitung sampai tiga sebelum ledekan itu berganti dengan seruan fans dadakan.

Setelah merasa cukup Nove keluar dari dalam toilet. Berhubung hari ini adalah hari pertama maka para mahasiswa baru diperbolehkan untuk berkeliling kampus dan melakukan pengamatan mandiri.

Sebenarnya dia tidak tahu harus memulai dari mana jadi dia hanya mengikuti instingnya saja kemana kakinya melangkah. Nove terus berjalan mengikuti jalan setapak yang mengarah ke gedung fakultas sebelah.

Bruk!

“Aaw!”

Nove tersentak dan langsung bersembunyi dibalik tembok saat mendengar suara seorang perempuan. Kepalanya perlahan bergerak dan mencoba mengintip.

“Aahh…jangan, Al! Jangaan..”

Terlihat seorang perempuan yang Nove tebak adalah mahasiswa disini sedang dicumbu paksa oleh pacaranya atau?

“Hentikan…”

Plak!

Nove menutup mulutnya dengan tangan. Wah! Pasti sakit banget. Mana pakai tenaga cowok lagi.

Gadis yang ditampar tadi tersungkur ke rumput dengan rambutnya yang sudah berantakan. Terdengar suara isakan.

“Lo jangan besar kepala ya! Banyak cewek yang ngantri buat jadi pacar gue…cuih!” pria itu pergi melenggang tanpa beban seolah barusan dia tidak habis menampar seorang perempuan.

Perempuan itu berdiri dengan limbung. Perlahan tangannya menepuk bagian roknya yang kotor dan mulai merapikan rambutnya seolah-oleh tidak ada hal buruk yang baru terjadi padanya. Terlihat seperti hal yang biasa dia lalui setiap hari.

Merasa tidak ada hal menarik lainnya yang akan terjadi, Nove mengedikkan bahu dan mulai melangkah dengan santai. Toh! Kejadian tadi bukan urusannya.

“Kok lapar ya?” Nove melihat jam dan meringis, pantas saja sudah mau jam dua belas ternyata. Dia pun mulai berjalan mencari letak kantin kampus ada dimana.

Lama mencari akhirnya Nove menemukan tempat yang paling ramai selain tempat ibadah di jam-jam seperti ini.

Kantin.

Nove pun berjalan cepat karena perutnya yang tadi hanya memetik gitar sekarang sudah mulai menabuh drum. Sesampainya di pintu kantin, polusi suara mulai memenuhi kupingnya. Banyak sekali mahasiswa yang makan disini. Sepertinya hanya ini tempat untuk makan atau karena harganya yang murah meriah mengenyangkan.

“Novembeeeerrrr!”

Nove memejamkan matanya malas. Entah kenapa dia sangat tidak suka jika ada orang sok akrab memanggil nama lengkapnya. Kenapa dia sampai lupa pakai masker tadi.

Seorang gadis berlari kearahnya. Dengan riang menggandeng dan menarik tangannya entah mau dibawa kemana. Nove pasrah, apalagi yang narik gadis yang manis. Rejeki jangan ditolak kan?

Nove ingat, gadis ini ada saat perkenalan tadi. Kalau tidak salah senior dua tingkat diatasnya. Gadis ini adalah salah satu yang berteriak histeris setelah melihat wajahnya diperkenalan tadi. Dengan malas-malas Nove mengikuti kemana arah tubuhnya dibawa. Lumayan pikirnya bisa dapat meja ditempat seramai ini.

“Duduk sini, ya! Ini temen-temenku, kenalan yuks!”

Mata Nove terkunci kearah depan. Bukannya ini gadis yang ditampar tadi. Nove sedikit memiringkan pandangannya kearah pipi gadis yang menunduk itu. Sudah tidak memerah seperti tadi, walau masih sedikit terlihat dibalik tumpukan bedaknya.

“Girls! ini Nove…Maba yang tadi gue ceritain!”

Ada sekitar lima atau enam orang yang ada dimeja panjang itu. Entah yang lainnya termasuk kelompok mereka atau hanya berbagi meja.

Beberapa pasang mata sudah menempel pada Nove sejak kedatangannya tadi. Tidak usah diberitahu pun mereka sudah sangat ingin berkenalan dengan cowok seganteng ini.

“Hai…Nove! Kamu suka cewek lebih tua, ga?”

“Halo adek ganteng, sama kakak yuk, duduk sini!”

“Hai…Nove!”

“Hai ganteng!”

“…”

Fokus Nove malah ke gadis yang masih makan dengan tenang dan tidak bersuara sama sekali. Apa mereka bukan teman?

“Mel, ini Nove, liat dong! lu makan mulu deh!” gadis yang menarik Nove tadi terlihat tidak puas saat ada yang kurang tertarik dengan pertunjukannya.

Gadis yang dipanggil itu pun mendongak. Mata mereka saling beradu pandang.

“Hai, Nove!”

Dan gadis itu kembali menunduk karena makanannya terlihat lebih menarik daripada cowok tampan didepan. Sudut bibir Nove sedikit terangkat. Menarik. Dia suka dengan tipe cewek cuek dingin seperti ini. Kalau sudah dekat biasanya jadi lebih buas.

“Ck! Makan truss, Mel…makaaaan!” lagi-lagi gadis yang menarik Nove kecewa namun pasrah dengan reaksi temannya. Sepertinya sudah biasa.

“Nove, duduk yuk. Kamu pasti udah lapar. Ini ada lebihan burger, mau ga?”

“Ga ada yang punya?” Nove basa-basi.

“Enggak, kayak aku. Kalo kamu mau makan aku juga boleh…hahaha!”

Nove tertawa pelan sambil menggelengkan kepala. Tingkah biasanya barusan malah terlihat sangat indah dimata gadis-gadis itu. Bahkan ada yang hampir terpekik kalau tidak segera menutup mulutnya.

Nove kembali melirik kearah depan dan mata mereka kembali bertemu. Sepertinya pesona Nove tidak bisa ditahan oleh siapapun.

Pria itu menerima burger yang dberikan padanya sambil tersenyum manis.

“Makasih!”

“AAHHH!”, Dan kali ini teriakan tidak dapat ditahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...