Nove menyugar rambutnya yang setengah basah karena habis mencuci muka. Segarnya air membuat rasa kantuknya sedikit berkurang. Dia mengamati wajahnya dari pantulan cermin. Syukurlah dirinya diberkahi dengan wajah yang cukup mengguncang kewarasan perempuan. Walaupun diawal namanya selalu jadi bahan ledekan namun detik berikutnya mereka malah terpana dengan penampilannya. Bahkan hari ini Nove hanya menghitung sampai tiga sebelum ledekan itu berganti dengan seruan fans dadakan.
Setelah merasa cukup Nove keluar dari
dalam toilet. Berhubung hari ini adalah hari pertama maka para mahasiswa baru
diperbolehkan untuk berkeliling kampus dan melakukan pengamatan mandiri.
Sebenarnya dia tidak tahu harus
memulai dari mana jadi dia hanya mengikuti instingnya saja kemana kakinya
melangkah. Nove terus berjalan mengikuti jalan setapak yang mengarah ke gedung
fakultas sebelah.
Bruk!
“Aaw!”
Nove tersentak dan langsung
bersembunyi dibalik tembok saat mendengar suara seorang perempuan. Kepalanya
perlahan bergerak dan mencoba mengintip.
“Aahh…jangan, Al! Jangaan..”
Terlihat seorang perempuan yang
Nove tebak adalah mahasiswa disini sedang dicumbu paksa oleh pacaranya atau?
“Hentikan…”
Plak!
Nove menutup mulutnya dengan
tangan. Wah! Pasti sakit banget. Mana pakai tenaga cowok lagi.
Gadis yang ditampar tadi tersungkur
ke rumput dengan rambutnya yang sudah berantakan. Terdengar suara isakan.
“Lo jangan besar kepala ya! Banyak
cewek yang ngantri buat jadi pacar gue…cuih!” pria itu pergi melenggang tanpa
beban seolah barusan dia tidak habis menampar seorang perempuan.
Perempuan itu berdiri dengan
limbung. Perlahan tangannya menepuk bagian roknya yang kotor dan mulai
merapikan rambutnya seolah-oleh tidak ada hal buruk yang baru terjadi padanya.
Terlihat seperti hal yang biasa dia lalui setiap hari.
Merasa tidak ada hal menarik
lainnya yang akan terjadi, Nove mengedikkan bahu dan mulai melangkah dengan
santai. Toh! Kejadian tadi bukan urusannya.
“Kok lapar ya?” Nove melihat jam
dan meringis, pantas saja sudah mau jam dua belas ternyata. Dia pun mulai
berjalan mencari letak kantin kampus ada dimana.
Lama mencari akhirnya Nove
menemukan tempat yang paling ramai selain tempat ibadah di jam-jam seperti ini.
Kantin.
Nove pun berjalan cepat karena
perutnya yang tadi hanya memetik gitar sekarang sudah mulai menabuh drum.
Sesampainya di pintu kantin, polusi suara mulai memenuhi kupingnya. Banyak
sekali mahasiswa yang makan disini. Sepertinya hanya ini tempat untuk makan
atau karena harganya yang murah meriah mengenyangkan.
“Novembeeeerrrr!”
Nove memejamkan matanya malas.
Entah kenapa dia sangat tidak suka jika ada orang sok akrab memanggil nama
lengkapnya. Kenapa dia sampai lupa pakai masker tadi.
Seorang gadis berlari kearahnya.
Dengan riang menggandeng dan menarik tangannya entah mau dibawa kemana. Nove
pasrah, apalagi yang narik gadis yang manis. Rejeki jangan ditolak kan?
Nove ingat, gadis ini ada saat
perkenalan tadi. Kalau tidak salah senior dua tingkat diatasnya. Gadis ini
adalah salah satu yang berteriak histeris setelah melihat wajahnya diperkenalan
tadi. Dengan malas-malas Nove mengikuti kemana arah tubuhnya dibawa. Lumayan
pikirnya bisa dapat meja ditempat seramai ini.
“Duduk sini, ya! Ini temen-temenku,
kenalan yuks!”
Mata Nove terkunci kearah depan.
Bukannya ini gadis yang ditampar tadi. Nove sedikit memiringkan pandangannya
kearah pipi gadis yang menunduk itu. Sudah tidak memerah seperti tadi, walau
masih sedikit terlihat dibalik tumpukan bedaknya.
“Girls! ini Nove…Maba yang tadi gue
ceritain!”
Ada sekitar lima atau enam orang
yang ada dimeja panjang itu. Entah yang lainnya termasuk kelompok mereka atau
hanya berbagi meja.
Beberapa pasang mata sudah menempel
pada Nove sejak kedatangannya tadi. Tidak usah diberitahu pun mereka sudah
sangat ingin berkenalan dengan cowok seganteng ini.
“Hai…Nove! Kamu suka cewek lebih
tua, ga?”
“Halo adek ganteng, sama kakak yuk,
duduk sini!”
“Hai…Nove!”
“Hai ganteng!”
“…”
Fokus Nove malah ke gadis yang
masih makan dengan tenang dan tidak bersuara sama sekali. Apa mereka bukan
teman?
“Mel, ini Nove, liat dong! lu makan
mulu deh!” gadis yang menarik Nove tadi terlihat tidak puas saat ada yang
kurang tertarik dengan pertunjukannya.
Gadis yang dipanggil itu pun
mendongak. Mata mereka saling beradu pandang.
“Hai, Nove!”
Dan gadis itu kembali menunduk
karena makanannya terlihat lebih menarik daripada cowok tampan didepan. Sudut
bibir Nove sedikit terangkat. Menarik. Dia suka dengan tipe cewek cuek dingin
seperti ini. Kalau sudah dekat biasanya jadi lebih buas.
“Ck! Makan truss, Mel…makaaaan!”
lagi-lagi gadis yang menarik Nove kecewa namun pasrah dengan reaksi temannya.
Sepertinya sudah biasa.
“Nove, duduk yuk. Kamu pasti udah
lapar. Ini ada lebihan burger, mau ga?”
“Ga ada yang punya?” Nove
basa-basi.
“Enggak, kayak aku. Kalo kamu mau
makan aku juga boleh…hahaha!”
Nove tertawa pelan sambil
menggelengkan kepala. Tingkah biasanya barusan malah terlihat sangat indah
dimata gadis-gadis itu. Bahkan ada yang hampir terpekik kalau tidak segera
menutup mulutnya.
Nove kembali melirik kearah depan
dan mata mereka kembali bertemu. Sepertinya pesona Nove tidak bisa ditahan oleh
siapapun.
Pria itu menerima burger yang
dberikan padanya sambil tersenyum manis.
“Makasih!”
“AAHHH!”, Dan kali ini teriakan tidak dapat ditahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar