Jumat, 17 Oktober 2025

18_Love



"Kau tidak bisa memperlakukan kami seper..."

BRAK!!!

Semuanya terdiam. Valdie menggebrak meja dengan sangat keras. Mata tajam itu menatap seorang pria tua yang tidak terima sahamnya diambil alih.

"TENTU SAJA AKU BISA! BAHKAN SANGAT BISA!".

Bentakan Valdie semakin menciutkan nyali para koruptor itu. Semua berusaha mencari tahu apa kalimat Valdie selanjutnya dalam kepala masing-masing.

"Dua tahun...dua tahun waktu yang sudah aku berikan untuk kalian berhenti berulah. Tapi sepertinya masih kurang ya..."

Semuanya memucat. Mereka yakin hari ini adalah hari eksekusi yang mereka kira tidak akan pernah datang. Mengingat betapa melimpahnya harta kekayaan keluarga Chandra. Betapa samarnya keberadaan mereka. Betapa cueknya Putra Mahkota mereka yang tidak akan mungkin mau repot-repot mengurusi cabang perusahaan yang ada di Indonesia. Cabang yang menjadi peringkat kesekian dibandingkan cabang lain yang tersebar di seluruh dunia.

Valdie tersenyum sinis. "Apa kalian kira kami akan membiarkan kalian berulah walaupun cabang perusahaan ini beromset paling rendah diantara yang lain." Valdie tersenyum sinis.

Valdie mengamati satu persatu wajah kalah dan gelisah para manusia tamak di depannya, dengan rasa puas. Sungguh hiburan yang menyenangkan membuat orang berada dibawah kakinya. Membayangkan mereka pulang dan berkata...'Papa dipecat!' atau membayangkan istri-istri mereka menangis histeris karena jatuh miskin, tanpa sadar membuat Valdie tertawa kecil. Keterlaluan memang, tapi ini benar-benar sangat menyenangkan.

Membuat orang bertekuk lutut bahkan sampai mencium kakinya adalah hal yang sangat menyenangkan bukan?

Dengan santai putra mahkota keluarga Chandra itu mengangkat tangannya seakan memberi perintah, dan benar saja saat melihat Zaki berjalan mendekat perasaan para jajaran direksi yang merasa memiliki dosa gelisah dan tidak nyaman sedangkan mereka yang memiliki integritas dan loyalitas tinggi pada perusahaan hanya menatap penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dengan cepat dan pasti, Zaki langsung menyambungkan laptop yang dia bawa dengan kabel yang tersambung kelayar infokus. Begitu tampilan layar itu muncul, berderet-deret angka terpampang rapi dan detil.

“Kalian tau ini apa?” suara Valdie terdengar tajam namun penuh ejekan. Seringai dibibirnya tidak perlu repot-repot dia tutupi.

“Kami tidak tahu apa maksud Anda, Pak Valdie.” Salah seorang direksi bertanya dengan raut yang terlihat bingung.

Valdie tersenyum, “Tentu saja Pak Hendro tidak tau, karena hanya beberapa orang saja yang paham dengan apa yang ditampilkan disini, benar bukan, Pak Hilman?”

“Sa…ya tidak paham maksud Pak Valdie..”

“Ya sudah…” Valdie malas untuk berbasa-basi dan langsung memotong usaha seseorang yang masih ingin berkelit dari bukti yang sudah terpampang jelas.

“Berhubung hari ini saya sedang baik hati…biar saya saja.” Valdie berdiri, berjalan mendekati layar dan menolak Zaki yang ingin menggantikannya.

“Saya akan memberi penjelasan untuk para direksi yang tidak tahu tentang apa yang ada dibalik angka-angka ini, dan…” Valdie memberi jeda yang cukup dramatis sebelum melanjutkan, “…menyegarkan kembali ingatan beberapa orang tentang angka-angka ini.”

“Baik, saya akan memulai presentasi saya hari ini. Semoga bapak/ibu dapat memperhatikannya dengan baik.” Valdie mengambil posisi dengan tangan yang ditangkupkan didepan dada. Terlihat sopan namun menakutkan bagi sebagian orang. Apa pria itu punya kepribadian ganda?

“Pada slide pertama, anda akan melihat pembukuan palsu yang dibuat oleh bagian keuangan kita yang tercinta. Bagian merah adalah kolom pengadaan yang fiktif, pengadaan yang ditujukan untuk proyek yang bahkan belum berjalan. Bagaimana sudah jelas? Apa ada pertanyaan?” tingkah Valdie yang menjelaskan tanpa beban dan santai malah membuat semua yang terlibat sudah keringat dingin.

“Selanjutnya…next Zaki!” dan slide berganti dengan foto-foto yang membuat semua mata terbelalak. “Pada slide kedua, kita dapat melihat foto-foto dari jajaran direksi yang sangat kita kenal baik…” saat Valdie bicara direksi yang lain memandang kearah tokoh yang ada difoto tersebut. “…sedang melakukan transaksi dengan oknum pemerintah dan lagi-lagi tidak berkontribusi untuk perusahaan.”

Valdie kembali duduk dengan anggun keatas kursinya, menyatukan jari dan menopang dagunya. “Jujur, cara kotor tidak saya larang untuk kepentingan perusahaan. Tapi jika hal itu malah merugikan perusahaan maka ceritanya akan lain…”

Belum sempat Valdie menyelesaikan paparannya yang masih berlangsung, tiba-tiba ada seseorang yang mendobrak pintu ruang rapat dan membuat semua perhatian teralih kepada seorang pemuda yang bertampang menyedihkan. Nafas pria itu terputus-putus seperti habis berlari dan bajunya bahkan sudah basah dengan keringat yang bercucuran.

“APA YANG KAMU LAKUKAN, WAWAN! DASAR TIDAK SOPAN! INI RAPAT DIREKSI! KELUAR KAMU!” bentak salah satu direksi wanita yang sudah jelas atasan pria itu.

“Ta..tapi bu Anne, ibu sudah janji kalau saya tidak akan terbawa. Ibu kan..”

“Tutup mulutmu, dan keluar dari ruangan!” suara seseorang lagi entah siapa.

Sedangkan sang pemimpin rapat hanya menonton dengan tatapan tertarik seperti sedang menyaksikan drama china yang sedang popular saat ini. Bibirnya bahkan tersenyum lebar kesenangan. Om Indra disamping hanya menutup wajahnya dengan pasrah.

Yah, semua ini rencana Valdie. Meminta Zaki, menyebarkan gosip jika hari ini adalah rapat penyidangan para direksi yang sudah mengkhianati perusahaan dan akan memecat siapapun yang terlibat baik pimpinan maupun pegawai terendah sekalipun. Bahkan ada ancaman mengganti kerugian perusahaan yang nilainya bahkan mencapai milyaran.

Dan sekarang tanpa dia perlu repot-repot ikan sudah terpancing dengan mudah. Valdie yakin pria yang baru datang itu adalah salah satu pegawai yang terlibat dan benar saja tidak lama beberapa orang pegawai lain menyerbu masuk kedalam ruang rapat. Suasana menjadi sangat gaduh.

Ada beberapa pegawai yang marah, ada yang menangis bahkan ada yang hanya terdiam pasrah akan nasibnya. Sedangkan para atasan mereka wajahnya sudah merah padam bahkan ada yang sampai mengkah maju ingin memukul bawahannya namun karena hal itu sudah diduga maka pihak sekuriti sudah berjaga-jaga dan menghalangi dengan tangan mereka.

“Pak Hilman, bapak sudah berjanji akan melindungi saya, kan? Uang yang bapak kasih belum saya pakai dan akan saya kembalikan, tapi tolong jangan sampai dipecat, saya mohon pak!” salah satu pegawai wanita bagian proyek menangis tersedu-sedu.

“JANGAN BICARA SEMBARANGAN KAMU, YA! KURANG AJAR!” sekali lagi pria arogan itu mau menampar namun kali ini tangannya ditahan. Zaki melihat pria itu dengan tatapan datar dan mendorong tubuh pria itu menjauh. “Saya peringatkan jangan main kasar, Pak Hilman.”

Tepukan tangan terdengar dari balik beberapa tubuh direksi yang ternyata telah berdiri semua karena kegaduhan yang baru saja terjadi. Semua atensi kembali tertarik kearah Valdie. Dengan anggun namun penuh ancaman, pria tampan itu berjalan mendekati kerumunan pegawai yang menatapnya dengan campuran perasaan yang berbeda-beda.

“Hukuman tetap ada untuk yang bersalah…” suara Valdie bagaikan irama kematian ditelinga mereka semua. Bahkan Om indra sampai bergidik.

“Namuuunn…dalam hukuman terdapat keringanan, bukan?” kalimat yang diucapkan dengan lembut dan mendayu tersebut malah membuat semua orang merinding ketakutan.

“Jika kalian mau bicara jujur tanpa ada yang ditutup-tutupi, maka saya tidak akan keberatan untuk memberikan keringanan. Tapi itupun jika kalian mau?”

“Mau, Pak…mau. Saya bersedia asal jangan dipecat, saya mohon. Saya sangat membutuhkan pekerjaan ini..” jawab pria pertama yang tadi membuka pintu ruang rapat dan diikuti oleh semua pegawai lainnya.

“Tapi pak Valdie, mereka hanya…”

“Bu Anne tenang saja. Tim investigasi perusahaan yang akan menyelesaikan semua ini. Pemberian hukuman dan keringanan pun akan berasal dari rekomendasi mereka, saya hanya tanda tangan diakhir saja.”

“Baiklah sepertinya rapat hari ini sudah selesai dengan sangat jelas dan ‘tenang’. Jadi saya akan membentuk tim investigasi yang akan menyelidiki semua penyelewengan dana dan aktivitas fiktif yang terjadi beberapa tahun ini. Tim akan diketuai oleh Pak Indra dan Zaki sebagai wakil, anggota lain akan ditentukan selanjutnya. Jadi saya mohon kerjasama yang baik dari anda-anda semua. Kalau begitu saya permisi.”

Valdie langsung berjalan keluar ruang rapat diikuti oleh Om Indra dan Zaki. Kerumunan orang-orang yang berkumpul didepan pintu ruang rapat langsung terbelah saat mereka berjalan, Valdie menepuk bahu pria yang dengan nekat mempertaruhkan nasib dan karirnya hingga berani mendobrak pintu ruang rapat. Apapun alasan, situasi dan kondisi yang mereka hadapi, kecurangan tetap tidak dibenarkan. Dan Valdie cukup memberikan apresiasi untuk pria ini, yang segera sadar jika dia sudah dimanfaatkan atasannya. Yah, dipindahkan ke luar pulau domisili tidak terlalu buruk kan?

Zaki mengarahkan ruangan yang akan ditempati Valdie selama di Indonesia. Dulunya ruangan itu kosong karena Om Indra tidak pernah mau diangkat menjadi Direktur di kantor cabang Jakarta. Alasannya kalau sudah diangkat susah pensiun dan ayahnya yang baik hati itu selalu menyetujui permintaan adik sepupunya.

“Silahkan, Pak.” Zaki memundurkan tubuhnya setelah membuka pintu, memberi jalan untuk Valdie masuk.

Tidak buruk. Besarnya sedikit lebih luas dari ruangannya Aryo. Valdie mengamati setiap sudut yang akan mengurungnya selama disini. Semua susunan dan dekorasi ruangan cukup membuatnya puas. Sepertinya Om Indra sudah bertanta ini itu pada kedua orang tuanya tentang selera Valdie. Namun ada satu yang kurang menurutnya. Valdie mengusap-usap dagunya dan akhirnya tersenyum senang saat menemukan jawaban.

“Zaki, carikan sekertaris untukku.”

“Perempuan. Sudah cukup satu laki-laki saja yang menjadi asistenku.” Otak gilanya mulai kambuh.

Zaki terlihat mengerutkan kening. Otaknya memindai para wanita yang sekiranya memenuhi syarat menjadi sekretaris bos barunya ini.

“Ada Chintya, Gema dan Putri, Pak. Mereka lulusan terbaik dari kampusnya masing-masing. Manjadi pegawai terbaik dibagiannya dan selal…”

“Apa mereka cantik atau menarik?”

Dalam hati Zaki menghela nafas. Bisa dipecat dia jika benar melakukannya. Ternyata apa yang dikatakan Pak Indra benar jika jangan tertipu dengan kepintaran dan ketegasan sang putra mahkota karena kenyataannya pria didepannya ini adalah kaisarnya buaya darat. Catat kaisar dan bukan raja. Dan syukurlah Zaki sudah memilih para wanita cantik, menarik dan cukup pintar sebagai cadangan pilihan.

“Ada Celia, Maura dan Siwi, Pak.”

Valdie tersenyum puas. “Panggil mereka kesini.”



Tidak sampai lima belas menit menunggu, para calon sekretaris yang dipilih Zaki sudah berjejer berdiri didepan Valdie. Puas. Itulah yang dia rasakan saat ini. Ukuran dada yang lumayan besar dari Maura yang menatapnya genit. Kaki jenjang dan mulus dari Celia yang menatapnya lurus namun wanita itu selalu membuka mulutnya sedikit seolah ingin menarik bibir Valdie agar menciumnya dan si gadis berkaca mata bernama Siwi, yang terlihat polos namun Valdie yang seorang player tahu itu hanya kedoknya saja.

Namun jangan salahkan wanita-wanita ini bersikap seperti itu. Mereka hanya sedang dihadapkan oleh sosok pria yang sangat amat tampan, berbadan ‘wow’ dan bermata menggoda. Senyumannya pun sangat seksi yang menjanjikan malam panas yang tidak akan terlupakan. Dan tentunya wanita-wanita itu akan melakukan apapun untuk jadi sekretaris dari pria sesempurna Adonis ini.

“Jadi namamu, Maura?”

“Iya, Pak. Dan saya siap untuk menjadi sekretaris bapak dalam tugas apapun.”

Dan Zaki hanya bisa terbelalak melihat keberanian para wanita ini. Apa mungkin ini karena feromon atasannya yang terlalu kuat.

“Menarik. Dan yang di teng..”

Om Jahat!

‘Eh?’

Valdie mengedipkan matanya beberapa kali.

“Yang ditengah Celia, kan?”

“Iya, Pak. Saya ak…”

Om Jahat!

Valdie menggelengkan kepalanya beberapa kali dan hal itu tak lepas dari perhatian Zaki.

“Ada apa, Pak? Apa bapak kurang enak badan?”

“Tidak…aku tidak apa-apa.” Kok bisa-bisanya dia mengingat suara si squishy saat ini. Dan suara itu seakan memarahinya.

“Kalian keluarlah!”

Dan wanita-wanita itu hanya menatap Valdie bingung. Apa pria itu sudah menetapkan pilihannya.

“Kalian bisa kembali kepekerjaan masing-masing.” Zaki mengusir halus dan langsung mengarahkan wanita-wanita itu keluar.

Setelah kembali Zaki hanya berdiri di depan Valdie, walau dia pun bingung dengan tingkah atasannya ini namun dia harus tetap professional.

“Diantara wanita yang pertama kau sebutkan tadi, siapa yang kau rekomendasikan?” Tanya Valdie sambil mengurut keningnya.

“Saya rekomendasikan Gema, Pak. Gema masih lajang dan biasa bekerja lembur. Anaknya gesit dan paham IT. Selama dia berada di perusahaan ini sudah beberapa aplikasi ciptaannya yang dipergunakan untuk mempermudah pekerjaan para pegawai.” Jelas Zaki.

Valdie mempertaruhkan keberuntungannya saat bertanya, “apa dia…menarik?”

Zaki terdiam sebelum menjawab. “Gema pernah menjuarai turnamen Taekwondo tingkat Nasional mewakili daerah Jakarta, Pak.”

Dan jawaban dari Zaki menghapus semua harapan Valdie untuk bersenang-senang dikantor dengan sekretarisnya. “Ya sudah, besok dia sudah bisa bekerja dengan kita.” Balas Valdie pasrah. 

‘Dan ini semua karena si squishy itu. Awas ya nanti kalau ketemu.’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...