Sabtu, 11 Oktober 2025

13

Indi sengaja memundurkan pantatnya perlahan, dan Reza mengikuti terus bagai kerbau yang hidungnya dicucuk pakai linggis.

'Oh! Kemarilah sayang, eat me...'

Kali ini iblis kecil dalam otak Indi bergerak seirama dengan logikanya. Dia tidak bisa menampik lagi jika telah sangat menantikan moment dimana selubung kewanitaannya didatangi tamu yang selama ini hanya ada dimimpinya. ‘Indi’ kecil sudah tidak sabar untuk memeluk si ‘Reza’ kecil.

Mata Reza sudah membesar sempurna. Tidak ada lagi yang bisa dipancarkan bola mata hitam itu kecuali nafsu. Apalagi saat kaki Indi sedikit tertekuk, dan penghalang berwarna pink yang membatasi pandangannya ke surga dunia mengintip sedikit dari sela-sela paha mulus itu.

"Pak...bagaimana jika ada yang masuk?" tanya Indi dengan suara se sensual mungkin. Dengan gaya pemain film porno profesional, Indi menggigit ujung bibirnya sendiri.

Reza menundukkan kepalanya dan menghela napas berat. Indi benar, bagaimana jika ada orang yang membuka pintu dan memergoki mereka, terutama adik gantengnya yang sering melupakan tata krama. Reza beranjak dan berdiri tegak. Indi langsung memaki dirinya sendiri karena mulutnya terlalu sok beretika tinggi.

'Dasar mulut durhaka' maki Indi pada dirinya sendiri.

"Tapi tidak masalah jika dikunci kan?" dan seringai Reza langsung menular ke Indi. Hampir saja pekikan senang khas seorang jalang meluncur dari mulutnya saat melihat Reza yang melesat bagai The Flash menuju pintu dan langsung memutar kunci pintu ruangannya sebanyak dua kali. Terlalu bersemangat mungkin, padahal satu kali putaran saja sudah cukup menahan siapapun yang mau masuk keruangannya.

Reza berbalik dan berjalan cepat kearah Indi yang sudah menaikkan kedua kakinya ke sofa, menyambut sang kekasih hati. Reza berhenti, menahan otak gilanya yang memaksanya menerjang Indi dan mendaratkan wajahnya di belahan dada Indi yang begitu 'unyu'.

"Give 'them' to me!" perintah Reza mutlak.

"Give...What?" dan sumpah kali ini Indi tidak bisa mengikuti maksud yayang super gantengnya ini.

Seringai Reza semakin melebar. Bagai seekor predator dia mendekati Indi yang menatapnya dengan wajah bingung. Matanya mulai menjalar dari kaki, betis, paha, perut dan dada Indi. Tanpa bisa ditahan tonjolan dipangkal celananya semakin melesak kedepan. Si pria mesum itu bahkan sampai menjilat bibirnya sendiri. Reza menurunkan tubuhnya dan menumpukan kedua tangannya dikanan kiri paha Indi seperti merangkak namun kedua kakinya masih menginjak lantai. Sedangkan Indi sendiri semakin bergerak tidak nyaman didudukannya. Panas, basah dan rasa menggelitik terus menerus menyiksa pusat gairah Indi. Apalagi ditatap bagai domba yang akan dimangsa.

"Them..." jawaban Reza akan pertanyaannya mengembalikan fokus Indi. Indi mengikuti arah pandangan Reza dan menemukan jika maksud yayang ganteng itu adalah dua bongkahan payudaranya. "Give them to me...your sweeties milks!"

Apa katanya, 'milk'? Memangnya Indi seekor sapi perah bertetek enam apa?! atau delapan? Indi menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran absurdnya. Namun tak pelak perkataan Reza tadi membuat Indi semakin merasakan becek di kewanitaannya. Apalagi sekarang yayang gantengnya sudah menumpukan satu lututnya disofa dan tak menunggu lama yang satu lagi juga ikut bergabung. Sempurna. Perlahan tapi pasti Reza sudah merangkak tepat diatas kedua kaki Indi. Bahkan kini Indi dapat merasakan hembusan napas Reza didada bagian atasnya.

Baiklah. Jika Reza ingin sedikit bermain, akan gadis itu layani.

Indi menangkup payudara bagian bawahnya, sedikit meremas dan mendorong bongkahan itu sampai menyembul keatas. Semakin menunjukkan aset yang paling dia banggakan. "You mean...?" Indi melirikan bola matanya seakan bertanya kearah payudaranya dan kembali menatap Reza dengan tatapan menantang sebelum melanjutkan, " So go get 'them'!"

"With my pleasure!"

Namun bukannya kearah payudara Indi, Reza malah melumat bibir Indi. Serangan tiba-tiba yang tidak diprediksi Indi benar-benar membuatnya kalang kabut.

"Mmm..." decakan ciuman mereka malah semakin menambah gairah keduanya. Tangan Indi yang tadi menumpu tubuhnya sekarang melingkari leher Reza. Memberi keleluasaan pria itu untuk semakin mendorong tubuhnya kebawah, berbaring dengan Reza diatasnya. Reza baru akan semakin memperdalam ciumannya saat tangan-tangan kecil Indi mendorong tubuh pria itu agak keras. Dengan tidak rela Reza memutuskan ciuman itu, namun sempat menjilat bibir Indi yang basah dan sedikit membengkak.

"Apa kau akan menyamakanku dengan para wanitamu yang lain?" tanya Indi langsung tanpa basa-basi, walaupun napasnya belum stabil.

Reza menjawab pertanyaannya dengan senyuman manis. Senyuman yang berbeda yang pernah Indi lihat darinya. Tidak ada sirat senyum mesum atau usil seperti biasa. Yah, walaupun aneh tapi senyum Reza kali ini seperti menenangkan hati Indi.

Reza kembali mencuri satu ciuman dibibir Indi sebelum berkata,

"Indira Khairina, Kepala Bagian Keuanganku sayang. Apa kau percaya jika aku katakan...Aku mencintaimu!" ucap Reza tepat diatas bibir Indi.

Sedangkan Indi sendiri jangan ditanya, matanya bahkan sudah berkaca-kaca. Tidak usah ditanya, tentu saja Indi percaya. Sebagai seorang yang bahkan bisa mendapatkan foto Reza dengan pose yang sangat pribadi, tentu saja gadis itu tau jika Reza tidak pernah mengatakan suka pada semua wanita-wanitanya. Paling pria ini hanya mengatakan cantik, sexy atau ranjang.

Indi bahkan sampai menutup wajahnya dengan tangan yang tadi melingkari leher Reza. Dia bahagia sekaligus malu. Siapa yang tidak bahagia jika penantianmu, kegilaanmu, perjuanganmu menyingkirkan semua wanita dibalas dengan sebuah pernyataan cinta.

Terdengar kekehan yang Indi yakin itu suara yayang gantengnya. Dengan lembut Reza menarik tangan Indi yang menutupi wajah cantik gadis itu.

"Kau percaya kan?" dan Indi menjawab dengan sebuah anggukan. Tanpa menunggu lagi Reza kembali menarikan bibirnya diatas bibir gadisnya. Merasa tidak puas, pria itu menarik dagu Indi hingga terbuka dan langsung melesakkan lidahnya.

Indi begitu terbuai dengan belaian, pijatan, hisapan yang begitu memabukkan diseluruh rongga mulutnya. Indi sudah sangat siap dan dengan senang hati jika Reza berniat memiliki tubuhnya disini, pagi ini sekarang juga.

"Eengghh..." Indi tidak bisa menahan lenguhannya saat Reza mulai menurunkan ciumannya mulai dari dagu, rahang sampai keleher mulus Indi. Semakin jauh kebawah dan Indi hanya bisa menggigit bibirnya saat lidah dan bibir Reza sudah membasahi dada bagian atasnya. Tangan Indi meremas rambut Reza gemas dan membuat pria itu terkekeh disela cumbuannya.

Jemari nakal Reza menarik leher blouse Indi yang syukurlah kain itu berbahan lentur sehingga mempermudah jalannya untuk 'menyusu'. Untuk kesekian kali Reza menjilati bibirnya karena liurnya akan benar-benar menetes menghadapi serangan payudara montok Indi. Apalagi gadis itu sudah berbaring pasrah. Reza berharap jantung dan penisnya kuat untuk saat ini.

"Buatku yah?" Reza bertanya dengan usil pada Indi dan gadis yang sudah terbuai itu hanya mengangguk samar, malas untuk membalas godaan CEO nya. Memangnya kalau dia bilang tidak, bosnya ini mau nerima.

"Ya sudah kalau kau memaksa. Selamat nyusuuu..."

Tok Tok Tok!

"Pak Reza, ada tamu yang ingin bertemu.." ketukan pintu diiringi suara sijalang Sisca benar-benar sudah merusak mood kedua sejoli baru jadi itu.

Reza bahkan memaki dengan suara tertahan. Baru juga giginya mau menarik turun bra Indi sudah harus diganggu oleh sekretarisnya.

"Abaikan..." Reza kembali menenggelamkan dirinya dalam pesona Indi dan lagi-lagi harus dikacaukan suara sialan itu. Lama-lama dipecatnya juga si Sisca ini.

Tok Tok Tok

"Pak Reza, ada tamu. Ada Pak Mahendra ingin bertemu anda, Pak." terdengar suara kenop pintu yang bergerak-gerak.

"Apa kau selalu membiarkan si Sisca itu membuka pintu tanpa izin dulu!" Indi memasang tampang cemberut yang begitu imut dimata Reza. Lelaki itu hanya membalas perkataan Indi dengan cengiran.

"Dulu. Besok-besok tidak lagi. Aku janji. Jadi jangan cemburu lagi, yah!" balas Reza sambil menjawil ujung hidung Indi.

Tok Tok...

"Reza! Jika dalam satu menit kau membiarkan aku berdiri disini! Kau akan kupecat sebagai pegawai dan anak sekaligus!" kali ini bukan suara Sisca yang terdengar, tetapi suara besar seorang laki-laki...seperti suara...

"AYAH!"

"ASTAGA!"

Reza dan Indi berteriak berbarengan. Dengan panik keduanya berdiri dan hanya bengong, terlalu kaget dan terlalu bingung.

Mampus! batin Reza

"Bagaimana ini?!" tanya Indi panik sambil membetulkan kembali pakaiannya. Reza hanya menjawab dengan gelengan cepat.

"Reza! Buka pintunya! Ayah tau kau di dalam!" teriakan kesal itu terdengar lagi.

Bagai dapat pencerahan kedua sejoli didalam ruangan itu kompak menjentikkan jari. "Buka pintu!" seru keduanya.

Reza dan Indi langsung berjalan cepat kearah pintu, namun sebuah pemikiran langsung menghentikan langkah Reza. Dengan pelan ditahannya tangan Indi yang telah berjalan mendahului.

"Tunggu, Indi!"

"Eeehhh!!!!" betapa kagetnya Indi saat Reza dengan cepat menangkup dan meremas kedua payudaranya. Apa CEO nya ini sudah begitu depresinya karena gagal terus. Namun perkataan Reza selanjutnya sukses membuat Indi menganga.

"Kasian, nanti mereka ngambek karena ga jadi dimanja...Cup! Cup!" Reza mengecup ringan kulit payudara Indi yang masih terlihat mengintip malu-malu. Dengan tatapan sayang, Reza tersenyum kepada bongkahan empuk itu seperti tatapan seorang ayah pada anaknya. "Kalian berdua, cepat besar yah.." dan Indi hanya bisa menggeleng takjub dengan tingkah Reza yang sudah luput dari pengamatannya selama ini.

"Makan malam denganku dan jangan berani menolak. Aku ingin menembakmu dengan cara yang lebih baik." dan Indi hanya bisa mengangguk dengan rona merah menghiasi pipinya.

Dan Reza kembali menarik tangan Indi berjalan ke pintu. Saat mau membuka pintu, sudut mata Reza menangkap gerakan Indi yang menurunkan panjang roknya keposisi normal. Tak pelak membuatnya terkekeh.

'Dasar gadis nakal'.

Begitu pintu terbuka, terpampanglah raut kesal dari Bapak Mahendra Prawira Maheswara yang terhormat. Pemilik seluruh kekayaan keluarga Maheswara. Pemilik kedua pemuda tampan yang melamar lowongan menjadi putranya. Pria yang keras namun hangat disaat yang bersamaan. Dan dibuktikan dengan ucapannya setelah ini.

"Dasar anak kurang ajar! Kau membiarkan aku menunggumu diluar seperti orang bodoh!" ketus Sang Raja yang membuat Pangeran menciut.

Mata Pak Mahendra melirik kesebelah Reza dan menyadari jika sosok itu adalah salah satu pegawai unggulannya. Pria paruh baya itu berdecak kesal dan langsung berjalan masuk kedalam.

"Indira, kau terlalu bagus untuk bersanding dengan putraku, sadarlah!"

Dan perkataan bos besarnya langsung menerbitkan senyum diwajah Indi dan cemberut diwajah putranya.

"Saya dan Pak Reza hanya membahas pekerjaan, Pak." jawab Indi sesopan mungkin.

Pak Mahendra menghela napas pelan. "Mambahas pekerjaan tidak perlu sampai mengunci pintu dan memberi corak abstrak pada lehermu kan?"

Oh! Bagaimana bisa mereka melupakan jika Bapak Mahendra yang terhormat ini bahkan masa lalunya jauh lebih parah dari putra-putranya. Dan syukurlah pria itu cepat bertemu dengan sang belahan hati. Nyonya Chintya Maheswara yang begitu cantik dan baik.

Merah pada wajah Indi tak terbendung lagi. Ya Tuhan! dia malu sekali. Indi langsung menarik geraian rambutnya kedepan dengan terburu-buru.

"Ka...kalau begitu saya permisi dulu, Pak Mahendra, Pak Reza." seru Indi gugup.

Dan Sang Raja hanya bisa mendengus saat melihat putra mahkotanya melemparkan ciuman jauh pada si gadis Kepala Bagian Keuangannya.

Indi tak bisa menghilangkan senyumannya saat berada diluar. Jujur dia sangat malu, tapi kalau ditelaah lebih dalam, tidak ada rasa ketidaksukaan Pak Mahendra padanya. Bahkan rasa bahagia itu membuat ejekan Sisca padanya terdengar bagai lantunan nada yang indah.

Oh! Hari yang indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Novel Unggulan

01_Janda Labil

Cup… “Aku duluan yah…” “Iyah…hati-hati. Jangan ngebut! Love you! ” Yuri melambaikan tangannya dan mengirim satu ciuman jauh sebagai ...